1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesimisme Bayangi Harapan Gencatan Senjata Suriah

25 Oktober 2012

Di Suriah muncul harapan berlangsungnya gencatan senjata selama hari raya Idul Adha. Namun harapan itu dibayangi pertempuran baru. Menurut keterangan oposisi Kamis (24/10) di Damaskus terjadi bentrokan senjata hebat.

https://p.dw.com/p/16W9A
A goat colored for identification is seen displayed for sale for the upcoming Eid-al-Adha festival at a livestock market in Kabul, Afghanistan, Wednesday, Nov 2, 2011. Muslims will celebrate Eid al-Adha, or the Feast of the Sacrifice on Nov. 7, by slaughtering of sheep, goats, cows or camels. (Foto:Muhammed Muheisen/AP/dapd)
Harapan gencatan senjata pada hari raya Idul Kurban di SuriahFoto: dapd

Masyarakat internasional mengharap gencatan senjata di Suriah saat berlangsungnya Idul Adha. Namun wakil rezim Suriah menyatakan masih mengkaji usulan dari utusan khusus PBB dan Liga Arab Lakhdar Brahimi. Meski demikian kelompok Front Al Nusra yang dekat dengan jaringan teror Al Qaida menyatakan tidak akan ada gencatan senjata. Kelompok tersebut selama ini dikenal lewat sejumlah aksi serangan bom.

Anggota Dewan Keamanan PBB memanggil semua pihak yang terlibat, terutama pemerintah Suriah sebagai pihak terkuat, untuk bereaksi positif terhadap gagasan utusan khusus PBB dan Liga Arab tersebut. Demikian disebutkan dalam pernyataan yang diumumkan di New York Rabu (23/10). Sebelumnya Brahimi memberikan informasi situasi aktual di Suriah kepada Dewan Keamanan PBB. Dimana juga dilaporkan mengenai “gambaran situasi yang suram dan dramatis,“ kata duta besar Jerman untuk PBB Peter Wittig.

Namun Brahimi tetap menunjukkan sikap optimis setelah tanya jawab di Dewan Keamanan PBB, akan tercapainya gencatan senjata di Suriah. Presiden Bashar al-Assad sendiri telah mengisyaratkan persetujuan. Namun Wittig memperingatkan agar optimisme itu tidak berlebihan. "Kami tetap hati-hati. Kami harus tetap realistis. Assad sudah seringkali melanggar janjinya.“ Walaupun begitu gagasan dari Brahimi ditanggapi dengan harapan.

International peace envoy for Syria Lakhdar Brahimi (2nd R) speaks at a news conference at the Arab League headquarters in Cairo October 24, 2012. Syria said on Wednesday its military command was still studying a proposal for a holiday ceasefire with rebels - contradicting international mediator Brahimi's earlier announcement that Damascus had agreed to a truce. Also pictured are former Irish president Mary Robinson (R), former Norwegian prime minister Gro Harlem Brundtland (L) and former U.S. president Jimmy Carter. REUTERS Mohamed Abd El Ghany (EGYPT - Tags: POLITICS CONFLICT)
Lakhdar Brahimi saat konferensi pers di KairoFoto: Reuters

Dewan Keamanan PBB mendukung secara bulat di belakang Brahimi. Juga Rusia dan Cina yang merupakan mitra Presiden Assad menyetujui rencana tersebut. Utusan khusus PBB dan Liga Arab itu mengusulkan gencatan senjata selama empat hari perayaan Idul Adha mulai Jumat (25/10). Dari Kairo, melalui konferensi video Brahimi mengatakan ia berharap gencatan senjata dapat memungkinkan pengiriman barang bantuan ke kawasan krisis serta melanjutkan perundingan.

Brahimi menunjukkan sikap optimis: seandainya gagasan ini berhasil maka proses politik untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan sejak 19 bulan terakhir itu bisa dimulai, kata diplomat Aljazair itu.

Oposisi Tak Percayai Assad

Sementara kelompok oposisi meragukan niat pemerintah Suriah dalam melaksanakan gencatan senjata. „Rezim Suriah tidak jujur,“ kata juru bicara oposisi Dewan Nasional Suriah SNC, George Sabra kepada kantor berita dpa.

Ketua SNC Abdelbaset Sieda mengatakan, ia hanya memiliki sedikit harapan atas gencatan senjata. „Kami tidak mempercayai rezim ini, karena apa yang dikatakan lain dengan apa yang dilakukan,“ kata Sieda. Sementara anggota SNC Halit Hoca mengatakan kepada kantor berita Turki Andaolu, banyak kota-kota di Suriah dikepung dan diserang oleh milisi pemerintah yang tidak terkendali. Tanpa pengawasan internasional, gencatan senjata tidak akan mungkin dipatuhi. Tahun lalu pasukan rezim Suriah juga tetap melancarkan pertempuran saat berlangsungnya Idul Adha.

Two civilians, escorted by a rebel fighter, carry their belongings along a street strewn with debris following fighting between government troops and rebel fighters in the Salaheddin district of the northern Syrian city of Aleppo, on October 23, 2012. The UN's World Food Programme (WFP) said it had sent food aid to some 1.5 million people inside Syria in September, up from 850,000 a month earlier, as the crisis pitting President Bashar al-Assad's regime against rebel fighters deepens. AFP PHOTO/PHILIPPE DESMAZES (Photo credit should read PHILIPPE DESMAZES/AFP/Getty Images)
Tak tampak aktivitas dagang di kota metropolitan bisnis AleppoFoto: PHILIPPE DESMAZES/AFP/Getty Images

Sementara itu di berbagai kawasan Suriah kembali terjadi pertempuran baru. Dalam serangan udara di desa Mar Shurin di utara Suriah, seorang anak perempuan, dua anak laki-laki dan dua anggota keluarga lainnya tewas. Demikian disampaikan pusat pengamat Suriah untuk hak asasi manusia di London. Di kota bisnis Aleppo sedikitnya 10 orang tewas akibat ledakan granat.

Sementara di Damaskus sedikitnya 8 orang tewas akibat ledakan bom mobil. Menurut keterangan para aktivis, di kota Duma yang letaknya tidak jauh dari ibukota Damaskus terjadi pembataian massal. Sedikitnya 20 orang tewas diantaranya perempuan dan anak-anak. Kantor berita resmi Suriah Sana menuduh kelompok „teroris“ bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Namun berbagai informasi itu sulit diverifikasi karena pembatasan media yang dilakukan pemerintah Suriah.

DK/AB (dpa,ap)