1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Jokowi Berkunjung ke Malaysia

Hendra Pasuhuk5 Februari 2015

Malaysia menjadi negara pertama yang menjadi tujuan kunjungan luar negeri Presiden Jokowi. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 mencapai tingkat terendah dalam lima tahun terakhir.

https://p.dw.com/p/1EVxM
I
Foto: picture-alliance/dpa

Presiden Joko Widodo didampingi Ibu Iriana melakukan kunjungan kenegaraan ke tiga negara tetangga di ASEAN. Malaysia menjadi negara pertama yang dikunjungi Jokowi sejak menjadi presiden. Setelah itu, Presiden akan berkunjung ke Brunei Darussalam dan Filipina sampai Selasa (10/02/15) depan.

Presiden Jokowi dan Ibu Iriana bertolak dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Malaysia hari Kamis (05/02/15). Kunjungan itu dilaksanakan ditengah memanasnya hubungan diplomatik kedua negara, setelah muncul iklan sebuah perusahaan di Malaysia yang menawarkan alat pembersih lantai dengan slogan "Fire your Indonesian maid now!" (Pecat Pembantu Indonesiamu Sekarang).

Karena iklan itu dinilai melecehkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Kedutaan Besar RI di Malaysia sudah melayangkan nota protes dan memasukkan laporan ke pihak kepolisian setempat.

Jokowi dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Datuk Seri Najib Razak untuk membahas berbagai kerjasama ekonomi. Karena situasi aktual, kedua kepala pemerintahan juga diperkirakan akan membahas soal Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Pertemuan itu tadinya diagendakan untuk membahas kerjasama ekonomi kedua negara, terutama menghadapi Pasar Bersama ASEAN.

Pertumbuhan ekonomi melemah lagi

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 hanya mencapai 5,02 persen, dengan dasar perbandingan tahun 2010. Berarti pemerintah berarti gagal memenuhi target pertumbuhan yang dipatok pada 5,5 persen.

Ini adalah angka pertumbuhan terendah dalam lima tahun terkahir. Tahun 2011, angka pertumbuhan mencapai 6,17 persen, tahun 2012 masih mencapai 5,58 persen.

"Peran paling tinggi adalah industri pengolahan dengan pangsa sebesar 21,02 persen, pertumbuhannya 4,63 persen," kata Kepala BPS Suryamin hari Kamis (05/02/15) di Jakarta.

Bidang perdagangan dengan pangsa 13,38 persen mengalami pertumbuhan 4,48 persen. Sementara sektor pertanian dengan pangsa yang sama, tumbuh 4,18 persen.

"Pertumbuhan pertanian dibanding 2013 sedikit menurun tapi masih stabil, dipicu subsektor perkebunan, di mana masih ada permintaan tinggi meski harga CPO turun," papar Suryamin.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo kepada parlemen mengatakan, pemerintah terus berupaya mencapai pertumbuhan ekonomi optimal tahun 2015 ini, dan membuat nilai tukar Rupiah lebih stabil.

“Kondisi global ini ada twin shocks. Harga minyak dunia turun dari 113 Dollar AS per barel menjad di bawah 50 dollar AS per barel. Kedua, ini adalah satu era perbaikan ekonomi Amerika Serikat sebagai single engine,” kata Agus dalam rapat badan anggaran DPR-RI sebagaimana dikutip Kompas.com.

“Kondisi domestik ada twin deficits. Pertama, defisit transaksi berjalan (CAD), dan kedua adalah defisit fiskal. Ini menjadi tantangan,” tambahnya.

hp/yf (afp, kompas.com)