1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertikaian Oposisi Suriah

Nina Haase23 Juli 2013

Sejak berbulan-bulan kelompok moderat dan Islamis Suriah memerangi pasukan Bashar al Assad. Namun belakangan, pertempuran antarkelompok oposisi semakin marak.

https://p.dw.com/p/19CFv
***ACHTUNG: NICHT MEHR NACH DEM 02.10.13 NUTZEN (aus rechtlichen Gründen)**** Free Syrian Army members accompanied by fighters from the Islamist Syrian rebel group Jabhat al-Nusra carry their weapons as they stand in front of a damaged building in the old city of Homs July 2, 2013. Picture taken July 2, 2013. REUTERS/Mohamed Ibrahim/Shaam News Network/Handout via Reuters (SYRIA - Tags: POLITICS CIVIL UNREST) ATTENTION EDITORS - THIS PICTURE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. REUTERS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THE AUTHENTICITY, CONTENT, LOCATION OR DATE OF THIS IMAGE. FOR EDITORIAL USE ONLY. NOT FOR SALE FOR MARKETING OR ADVERTISING CAMPAIGNS.
Foto: Reuters

Pertempuran antar penentang Assad baru-baru ini berujung pada pembunuhan seorang komandan penting Tentara Pembebasan Suriah, FSA oleh para jihadis. Menurut FSA, Kamal Hamami dibunuh oleh ekstremis Al-Qaida di provinsi Latakia.

Pembunuhan ini diawali dengan ketegangan yang tahun lalu semakin meningkat di antara pejuang moderat sekular dan penjuang ektremis jihadis yang sebenarnya mempunyai satu tujuan sama, yaitu menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Namun, tujuan mereka bagi era pasca Assad sangat berbeda. Dalam laporan wadah pemikir AS, Center for American Progress mengenai "Struktur dan Organisasi Oposisi Suriah", Mei 2013, tertulis bahwa "pemberontakan bersenjata Suriah lebih tepat disebut sebagai kumpulan brigade dan batalyon yang secara ideologis berbeda dan tidak terkoordinasi serta memiliki wilayah operasi yang terbatas".

Perebutan Wilayah dan Kontrol

#b#Perpecahan internal oposisi bukanlah sesuatu yang baru. Tetapi perpecahan ini semakin nyata dan tampaknya tak dapat lagi didamaikan, kata Marc Pierini dari Carnegie Europe di Brussel. "Yang diperebutkan adalah wilayah dan penguasaannya." Dan perpecahan ini semakin dramatis.

Menurut pengamatan sebuah LSM pro-oposisi, pada bulan-bulan terakhir pertikaian antaroposisi terjadi di perbatasan Turki-Suriah dan tempat penting lainnya bagi pengungsi, seperti pada sumur, pompa bensin dan tempat penyebarangan perbatasan lainnya di utara.

Semakin lama konflik berlanjut, demikian Marc Pierini, semakin besar kemungkinan pertikaian antaroposisi seputar dana dan posisi yang diinginkan setelah Assad lengser.

Tak Cukup Dana

Tahun lalu, kelompok ekstremis seperti al-Nusra-Front yang dekat dengan Al-Qaida, termasuk kekuatan yang paling berhasil dalam kelompok oposisi. Mereka mencatat keberhasilan dalam memimpin serangan terhadap pasukan pemerintah dan perebutan markas militer, kota-kota dan desa tertentu.

Menurut pakar keamanan Marc Pierini, keberhasilan ini setidaknya karena dana mereka lebih besar ketimbang kelompok-kelompok sekular yang diakui oleh dunia barat yang hanya memberikan sedikit dukungan.

SOC Tak Berhasil

Tahun 2012 Marc Pierini mengutarakan harapannya bahwa pembentukan Koalisi Oposisi Suriah SOC akan menjadi langkah penting bagi penyelesaian pertikaian antaroposisi. SOC dibentuk November 2012 dan diharapkan menjadi organisasi induk yang moderat bagi mayoritas aktivis, milisi dan kelompok penting lainnya dalam oposisi.

Secara teori, demikian dalam laporan American Progress, "Pembentukan SOC memungkinkan oposisi Suriah dan masyarakat internasional untuk mengisolasi dan menyingkirkan unsur-unsur ekstrem dalam perjuangan."

2012 mitra barat mengakui SOC sebagai wakil oposisi Suriah, tetapi sejak itu SOC gagal untuk menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda. Juga tidak berhasil menyatukan kelompok militernya di bawah satu komando. Ada kelompok yang ingin membangun negara Islam, dan ini ditolak mitra barat, kata Pierini.

'Rusia Ijinkan Perang'

Sejak pertengahan 2012 Suriah dibanjiri pejuang ekstremis asing yang melihat perang saudara di sana sebagai bagian dari jihad. Namun Pierini beranggapan bahwa faktor yang lebih berbahaya adalah, Rusia yang mengijinkan perang berlanjut. Menurutnya, kekerasan terus berlanjut kecuali Rusia menghentikan pasokan senjata bagi pasukan Assad. Pihak barat tidak aktif dan mengabaikan dua faktor, lanjutnya. "Pertama, rezim Assad sama sekali tidak ragu-ragu menggunakan kekerasan, dan mungkin mengambil risiko terpecahnya Suriah. Kedua, barat tidak dapat membayangkan, Rusia benar-benar akan bertindak konsekuen."

A fighter from Islamist Syrian rebel group Jabhat al-Nusra runs with his weapon as their base is shelled in Raqqa province, eastern Syria, in this March 14, 2013 file photo. Since falling, Raqqa has been in effect run by Ahrar al-Sham, one of the best organised of hundreds of opposition formations fighting to oust Assad, and its Islamist allies, opposition campaigners in the area said. They said the al Qaeda-linked al-Nusra Front has a strong presence in the city and cooperates with Ahrar. The Iraqi wing of al Qaeda announced on Tuesday that Nusra was now its Syrian branch and the two groups would operate under one name -- the Islamic State in Iraq and the Levant. REUTERS/Hamid Khatib/Files (SYRIA - Tags: CONFLICT POLITICS) Edit status: New
Pejuang Jabhat al-NusraFoto: Reuters