1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perkebunan Vertikal, Solusi di Perkotaan

6 Januari 2012

Perkebunan Vertikal dapat menjadi ide segar bagi penduduk di perkotaan untuk mendapatkan pasokan bahan makanan.

https://p.dw.com/p/13f3E
Perkebunan Vertikal

Suatu hari di sebuah pasar mingguan di Midtown, Manhattan. Dickson Despommier sedang mencari sayuran segar untuk diolah pada akhir pekan. Ia mencari bawang merah. Mantan profesor di Universitas Columbia itu tanpa ragu-ragu memilah milih jenisnya.

Dickson Despommier
Dickson DespommierFoto: Pop!Tech/by

Jenis bawang Edelzwiebeln, yang tak tumbuh di kawasan ini, harganya mahal, “Bawang-bawang ini, 20 tahun silam, dibuang-buang oleh mereka. Mereka tak dapat menjualnya. Kini bawang-bawang ini dipakai untuk menu istimewa, dan harganya menjadi mahal. Itu pun kalau barangnya ada. Soalnya terjadi banjir tahun ini. Harusnya ada 5-6 peti bawang, ini tinggal satu.”

Perubahan Iklim

Perubahan iklim banyak berpengaruh bagi perkebunan: Kekeringan, tanah beku, hujan lebat atau hujan es. Di pasar, barang tak tersedia karena gagal panen. Jadi, segalanya mahal. Ditambah lagi, lahan semakin sempit, akibat melonjaknya populasi.

Bagaimana pasokan bahan makanan di perkotaan tersedia untuk jangka panjang?Jawabannya adalah:  tidak membangun lahan luas dan di kebun. Melainkan membuat tanaman ke arah atas di lahan sempit, vertikal, seperti gaya gedung tinggi.

Urban Farming Hydroponisches System über den Dächern von Manhattan
Sebuah Atap di ManhattanFoto: Volkmar Kreuter, Fraunhofer UMSICHT

Bersama mahasiswa-mahasiswanya di Universitas Columbia, Despommier mengembangkan Perkebunan Vertikal.

Karena tanaman dapat juga ditumbuhtinggikan di rumah kaca seperti gedung, dengan beberapa tingkat, di perkotaan. Sebuah gedung 30 lantai dapat mencukupi kebutuhan makan 50 ribu orang.

Rumah Kaca

Di rumah kaca Sunworks, Manhattan, sekolah untuk anak-anak, gaya penanaman ini berfungsi. Selada ditanam tanpa tanah hidup hanya dengan cairan khusus.

Gregory Kiss, seorang arsitek di Kota New York merancang rumah kaca untuk membangun kebun vertikal, “Ada berbagai teknik untuk menumbuhkan tanaman yang sangat terkenal dan sangat sukses di pasar, secara komersil. Kita tinggal mengadopsinya. Ini kesempatan yang kami ajukan.Kita bisa kembali menerapkannya. Jadi, bukan menanam dengan gaya horizontal yang berfungsi dilakukan di atap gedung, kita juga dapat menanamnya vertikal. Jadi tanaman-tanaman ini tepat di tanam di rumah atau gedung.“

Urban Farming Hydroponisches System über den Dächern von Manhattan
Tanaman HidroponikFoto: Volkmar Kreuter, Fraunhofer UMSICHT

Cocok untuk Lahan Rendah Nutrisi

Untuk lahan-lahan yang tanahnya rendah nutrisi seperti di Abu Dhabi atau Dubai, ide penanaman vertikal ini sangat menarik. Tanaman anggur, apel, jagung atau selada, semua dapat ditanam di dalam gedung dan bahkan rasanya lezat.

Sebuah rumah pertanian seluas 10 meter persegi bisa menghasilkan produk yang sama dengan hasil di lahan subur. Lantai tanam yang berlapis-lapis jumlahnya di banyak lantai memungkinkan hal ini. Dickson Despommier mengatakan, “Saya akan membuat tingkat tambahan, dan menambahnya lagi dan lagi. Kenyataannya saya bisa membuat 10 tingkat fasilitas hidroponik dan hasilnya bisa tumbuh lebih banyak tanaman.” Tumbuhan ditanam langsung di kota, jadi tak butuh ongkos transportasi.

Di seluruh dunia kini telah siap dengan „kebun vertikal“, meskipun belum di gedung tinggi. Semakin banyak pemerintah kota, arsitek dan peneliti pertanian yang siap dengan ide ini. Demikian pula Dickson Despommier yang terus mempromosikan pertanian vertikalnya.

Braun/Purwaningsih

Editor : Foester