1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perjuangan Tunisia Belum Usai

Sarah Mersch31 Oktober 2012

Setahun yang lalu, pemilu bebas pertama digelar di Tunisia. Kini semangat warga berganti menjadi sikap frustasi. Pemerintah dikhawatirkan akan gagal.

https://p.dw.com/p/16a36
Foto: Reuters

"Singkirkan milisi," teriakan ribuan demonstran di Avenue Bourguiba, jalan utama di Tunis. Di sana pula digelar demonstrasi besar-besaran pada tanggal 14 Januari 2011, sesaat sebelum mantan penguasa Ben Ali melarikan diri. Kini mereka menuntut pengunduran diri menteri dalam negeri.

Aksi ini dipicu meninggalnya fungsionaris partai Nida' Tounes yang didirikan mantan PM Beji Caid Essebsi. Fungsionaris tersebut tewas dalam bentrokan di Tataouine di wilayah selatan negara itu. Masih tidak jelas sebab kematiannya. Essebsi menuduh milisi yang bertanggung jawab atas kematian anggotanya. Milisi dikatakan sebagai sekutu Ennahdha, partai pemerintahan terbesar. "Kami membayar mahal revolusi. Kami membayar dengan darah bagi demokrasi dan keberhasilan transisi demokrasi." Menurut Essebsi, ini adalah pembunuhan bermotif politik pertama setelah revolusi.

Tunesien ein Jahr nach den Wahlen
Gedung kementrian dalam negeri diamankan polisiFoto: DW/S.Mersch

Pembawa kebenaran atau pengikut Ben Ali?

Kematian politisi lokal menandai puncak sementara perseteruan politik antara koalisi pemerintah yang didominasi partau Ennahdha yang moderat islamis dan oposisi Tunisia. Partai Nida' Tounes dalam waktu singkat meraih banyak pendukung. Partai ini menjadi lawan sepadan bagi Ennahdha. Dari haluan islamis liberal hingga haluan kiri berkumpul di sana. Dalam jajak pendapat terakhir, Nida' Tounes mendapat 28 persen, hampir sama banyak dengan Ennahdha yang hanya mencapai 30 persen.

Namun, di Nida' Tounes juga banyak anggota bekas partai Ben Ali, RCD. Demikian kritik juru bicara Ennahdha, Faycel Nacer. "Nida' Tounes adalah contoh pengaruh rezim lama. Ada banyak ekstrim kiri yang dulu bekerja sama dengan Ben Ali", tegasnya. Adu taktik kedua pihak seakan melupakan masalah yang sebenarnya. Rancangan konstitusi masih belum selesai dan jadwal pemilu berikutnya belum ditentukan. Reformasi hukum tersendat-sendat dan kepolisian masih belum ditata. Di sana masih banyak petinggi yang dulu juga berkuasa di era Ben Ali.

Revolusi yang bermasalah

Masalah ekonomi yang antara lain menyebabkan revolusi awal 2011, masih belum terselesaikan. Angka pengangguran di beberapa wilayah pedalaman bisa mencapai 50 persen, harga bahan pangan meningkat, simpanan devisa di bank sentral hanya cukup untuk tiga bulan. Setelah serangan terhadap kedutaan AS September lalu, jumlah turis juga berkurang.

Banyak warga menuntut, agar partai di Tunisia bekerja sama untuk mengatasi semua masalah yang ada. Mereka khawatir, rakyat akan menjadi korban dan kondisinya akan sama buruknya dengan masa sebelum revolusi. Ahli filsafat dan jurnalis Youssef Seddik belum mau melepas harapan. "Revolusi berperang melawan kontra revolusi. Saya harap kami bisa mengatasinya dua hingga tiga tahun mendatang. Saya sangat optimis."

Tunesien ein Jahr nach den Wahlen
Essebsi kritik pemerintah secara tajamFoto: DW/S.Mersch