1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

061009 Nigeria Amnestie

7 Oktober 2009

Akhir pekan lalu berakhirlah tawaran amnesti pemerintah Nigeria. Ribuan pemberontak yang menerimanya meninggalkan rawa-rawa Delta Niger. Datangkah kini perdamaian?

https://p.dw.com/p/K18D
Pemberontak yang tergabung dalam kelompok Gerakan bagi Kesetaraan Delta Niger, MENDFoto: picture alliance / dpa

Timi Alaibi, penasehat Presiden Nigeria untuk amnesti, membacakan daftar senjata yang diserahkan pemberontak. Senapan otomatis, pistol, pelontar granat. Adegan seperti ini kerap terlihat di Delta Niger minggu-minggu terakhir. Puncaknya hari Minggu (04/10), saat berakhirnya tawaran amnesti dari pemerintah terhadap semua kelompok bersenjata. Pasukan berkekuatan hingga lima ribu pria meninggalkan rawa-rawa pohon bakau.

Sebelumnya, 1 Oktober, Presiden Umaru Yar'Adua tampil di depan pers bersama salah satu pemimpin pemberontak Ateke Tom. Yar'Adua menyatakan terimakasih atas diterimanya tawaran perdamaian.

“Amnesti bukan tujuan, melainkan cara mencapai tujuan. Amnesti semestinya mengakhiri secara damai perlawanan bersenjata dan kesalahpahaman antara saudara. Amnesti adalah sarana untuk membawa perdamaian dan keamanan yang stabil ke kawasan Delta Niger”, kata Yar'Adua.

Bahwa kelompok bersenjata akan menerima tawaran amnesti, tak bisa dipastikan hingga saat-saat terakhir. Kecurigaan terhadap masing-masing pihak terlalu besar. Terutama kecurigaan di kalangan kelompok etnis terbesar di Delta, Ijaw. Pemimpin pemberontak Ateke Tom juga seorang Ijaw. Dan kedekatan yang tidak biasa dengan presiden tampaknya membuat ia tidak sepenuhnya merasa nyaman.

Tom mengatakan, “Kami percaya pada Anda. Saya percaya Anda sepenuhnya. Saya tidak berpikir bahwa Anda tidak bisa memegang janji. Saya berterimakasih pada Anda atas amnesti ini. Berdamailah dengan rakyat Ijaw. Berusahalah membebaskan kami dari situasi tidak menyenangkan ini. Kami akan meletakkan senjata seperti janji kami. Saya meletakkan senjata saya.”

Timi Alaibi, penasehat presiden yang berunding dengan pemimpin pemberontak, menekankan, semua tokoh pemimpin kelompok bersenjata menerima tawaran perdamaian. Ini menjadi mungkin karena untuk pertama kalinya pemerintah berunding langsung dengan mereka dan menunjukkan jalan untuk keluar dari konfrontasi.

Faktor lain yang menentukan keberhasilan amnesti, apakah pemerintah juga bisa memberi perspektif masa depan kepada ribuan kaum muda yang mengikuti pemimpin mereka keluar dari rawa-rawa kembali ke kota. Alaibi paham soal ini. Perlucutan senjata adalah persiapan menuju hidup sipil yang damai. Selanjutnya, pemerintah akan menawarkan bantuan kepada masing-masing orang.

Alaibi mengatakan, “Mereka yang ingin meneruskan sekolah, akan disekolahkan. Yang ingin membuka usaha akan didukung. Yang ingin mengarungi lautan akan diberi pelatihan."

Janji-janji serupa sudah sering didengar warga Delta Niger, tanpa ada perubahan berarti. Ketidakpercayan yang begitu besar memicu protes pertama di kamp penampungan. Para pemuda menagih janji uang transisi yang sudah tertunda dua pekan. Jika mereka tidak segera menemukan pekerjaan, yang bisa menopang hidup, maka setiap saat mereka bisa beralih mengikuti siapapun yang bisa memberi mereka uang dan senjata.

Kurang dari dua tahun lagi, Nigeria akan menghadapi pemilu. Di masa kampanye, banyak politisi mempersenjatai kaum muda untuk mengamankan jabatan politik dan bagian dari miliaran pendapatan negara dari minyak bumi. Pemerintahan Umaru Yar'Adua tak punya banyak waktu.

Thomas Mösch/ Renata Permadi

Editor: Asril Ridwan