1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Percaya Diri – Remaja Jerman Barat setelah Reunifikasi

Sekitar 20 persen dari warga Jerman tidak mengalami perpecahan Jerman. Mereka adalah warga Jerman yang lahir setelah tahun 1990. Apa pendapat mereka mengenai reunifikasi? Apakah mereka merupakan generasi Jerman bersatu?

https://p.dw.com/p/PSV9
Matteo Brossette pelajar berusia 17 tahun asal Köln (Foto: Birgit Görtz)Foto: DW

Pagi hari merupakan waktu yang sibuk bagi Matteo Brossette: bangun sedikit terlambat, pergi mandi, ganti pakaian secepat kilat, seteguk kopi dan langsung berangkat. Sering kali, bel tanda masuk kelas terdengar ketika ia baru melangkah keluar dari pintu rumahnya. "Untungnya, saya tinggal hanya 20 meter dari sekolah. Jarak ke sekolah sama jauhnya seperti jarak dari ruang guru ke kelas."

Matteo sekolah di St. Irmgardis-Gymnasium di kota Köln. Sekolah ini terletak di wilayah Bayenthal, selatan Köln. Di wilayah ini terutama tinggal keluarga kelas menengah.

Pelajaran Sejarah

Grundkurs Geschichte St. Irmgardis-Gymnasium Köln
Pelajaran sejarah di satu kelas St. Irmgardis-Gymnasium (Foto: Birgit Görtz)Foto: DW

Petra Linßen adalah guru pelajaran sejarah tingkat dasar. Tema yang akan diketengahkan hari ini adalah, masa lalu remaja Jerman. Ia bertanya, siapa yang pernah mengunjungi Tembok Berlin. "Setengah sampai duapertiga dari murid pernah mengunjungi Tembok Berlin," kata Petra. "Tembok di bagian barat Berlin terlihat sangat warna warni, menurut kalian, bagaimana tembok di bagian Timur?" Seorang murid menjawab, "Tidak ada apa-apa di sana, tembok di bagian sana tidak dapat diwarnai." "Mengapa tidak?" tanya Petra lebih jauh. "Tidak seorangpun yang bisa mencapai tembok," jawab seorang murid perempuan. Memang benar, karena wilayah sepanjang tembok merupakan "garis kematian". Siapapun yang melewati batas ini, bisa langsung ditembak mati.

Jerman Timur, runtuhnya Tembok Berlin, reunifikasi Jerman, peristiwa-peristiwa ini dikenal remaja usia 17 samüai 18 tahun terutama dari film-film. Bagi mereka, kenyataannya sekarang adalah Jerman bersatu. "Saya tidak yakin, bahwa masih ada tembok di pikiran orang-orang. Saya juga tumbuh di negara Jerman yang bersatu," kata seorang siswa ditimpali anggukan siswa lainnya.

Hampir Tidak Ada Perbedaan

Matteo und Carla Brossette
Matteo Brossette bersama adiknya Carla (Foto: Birgit Görtz)Foto: DW

Thomas Gensicke, sosiolog di Istitut Penelitian Sosial TNS di München mengatakan, 20 tahun setelah bersatu kembalinya Jerman, remaja di timur dan di barat Jerman tumbuh sebagai kelompok yang homogen. Hal ini disebabkan karena kondisi untuk fase pertumbuhan ini hampir identik. Tapi jika kita menilik lebih cermat, terdapat satu kecendrungan: secara finasial remaja di Barat kondisinya lebih baik. Hal ini membuat, remaja di Timur tampak kurang optimis dengan masa depan mereka, kekhawatiran mereka lebih besar. Hal ini sama sekali tidak mengherankan Thomas Gensicke, "Karena di Timur terdapat dua kali lebih banyak remaja yang menganggur."

Masalah keuangan tidak perlu dikhawatirkan Matteo, karena keluarganya hidup berkecukupan. Matteo berkeinginan untuk menyelesaikan sekolah menengah atas dan mendapat ijazah "Abitur" dengan nilai tinggi, lalu kuliah arsitek dan kemudian tinggal di luar negeri – tinggal di kota impiannya, Madrid, Spanyol.

Semuanya tentang Musik

Sore hari Matteo mendapat kunjungan dari Josephine, temannya yang tinggal di pinggiran kota Köln. Ke duanya pergi ke garasi yang telah dialihfungsikan sebagai tempat untuk ekspirimen musik. Matteo bekerja sebagai DJ pada sebuah klub di kota Köln dan ia juga memproduksi musik sendiri, paduan musik Techno dan House.

Matteo und Josephine
Matteo bersama Josephine di "Laboratorium Musik" (Foto: Birgit Görtz)Foto: DW

Musik merupakan hal yang terpenting bagi Matteo. Memang ia juga menaruh perhatian pada politik, akan tetapi ia tidak terjun secara aktif dalam masalah politik. Bahwa remaja di Timur lebih giat dalam berpolitik dialami Matteo ketika menghadiri konser Elektro Punk di kota Leipzig. "Ada banyak penonton yang mengenakan kaos bertuliskan "Raven Anti Sayap Kanan" atau "Make Love Not war." Di tempat kami, biasanya orang mengenakan slogan seperti itu pada saat berdemonstrasi. Di Timur, sehari-hari mereka juga mengenakan kaos seperti ini," kata Matteo. Tampaknya, pandangan politik warga Timur ditunjukkan lebih terbuka.

Pengalaman serupa juga dialami Josephine, walaupun dalam iklim politk yang berbeda. Para remaja yang ia lihat di sebuah desa kecil di Usedom, Mecklenburg-Vorpommern, membuatnya sedikit terkejut. "Ketika saya di Usedom, saya berada di sebuah desa kecil, di mana semua orang mendengar lagu dari band Onkelz Böhze." Grup musik yang dianggap rasis ini, sangat populer di kalangan kelompok radikal kanan. Josephine mengatakan, "Bagi saya sangat mencengangkan. Orang-orang berjalan mengenakan kaos kelompok musik radikal kanan."

Matteo und Josephine auf dem Motorroller
Matteo dan Josephine, bermotor ke rumah teman (Foto: Birgit Görtz)Foto: DW

Remaja Barat Lebih Dekat dengan Sistem Jerman

Kelompok readikal kanan sebenarnya merupakan kelompok minoritas di Timur, dikatakan Thomas Gensicke. Menurutnya, terdapat kecendrungan bahwa remaja Jerman Timur lebih tertarik dengan masalah politik, ekonomi dan sosial di Jerman. Penyebabnya adalah, orangtua, sekolah dan media di Jerman Barat lebih banyak mengajarkan sikap menerima dan menyetujui di banding di Timur.

Walaupun demikian, Josephine dapat membayangkan tinggal di timur Jerman, akan tetapi hanya di kota besar. Hanya sebagian kecil remaja Jerman Barat memiliki pandangan yang terbuka seperti Josephine. Sebagian besar berpendapat, bagian barat Jerman menawarkan prospek lebih baik untuk pendidikan dan pekerjaan. Dan bukan saja mereka yang berpendapat seperti itu. Karena remaja di timur Jerman pun lebih melihat masa depan mereka di barat Jerman. Sebab di sana sistem ekonomi negara Jerman dianggap berfungsi lebih baik.

Birgit Görtz/Yuniman Farid

Editor: Hendra Pasuhuk