1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Saudara di Zawiyah

9 Maret 2011

Tank-tank pasukan pro-Gaddafi dilaporkan mendekati alun-alun utama Zawiyah yang dikuasai pemberontak. Para sniper menembaki apapun yang bergerak. Gaddafi berpidato di televisi, mengulang pernyataan tak akan mundur.

https://p.dw.com/p/10VvD
Gambar dari televisi pemerintah Libya, 8 Maret 2011, menunjukkan Moammar Gadhafi berpidato pada pendukungnya di Tripoli, Libya.Foto: dapd

Zawiyah, kota terdekat dengan Tripoli, sempat dideskripsikan sebagai pusat kekuatan pemberontak, dalam perlawanan yang dimulai bulan lalu. Tetapi kota di Libya barat itu kini mungkin akan segera beralih tangan.

Selama tiga hari terakhir, daerah pinggiran kota menjadi titik utama perang saudara, antara pasukan yang setia pada Gaddafi dan pemberotnak yang ingin mengakhiri 41 tahun kekuasaannya.

Rabu ini (09/03), tank-tank pasukan pro-Gaddafi dilaporkan mendekati alun-alun kota yang masih dikuasai pemberontak. Para sniper militer berada di puncak hampir semua gedung, menembaki apapun yang bergerak.

Separuh kota itu hancur oleh serangan udara awal pekan ini, termasuk sebuah mesjid, kata saksi mata. Mayat-mayat tergeletak di reruntuhan gedung. Tak terlihat seorangpun di pusat kota dan situasinya tidak memungkinkan untuk memverifikasi laporan-laporan secara independen.

Di kota Bin Jawad, pasukan pemerintah menahan mundur pemberontak yang ingin mengarah ke Sirte, kampung halaman Gaddafi. Televisi pemerintah menyebarkan propaganda. Gambar tentara bersorak-sorai dengan tahanan berjejer di bawah kaki mereka.

Seorang tentara menyampaikan ancaman pada pemberontak, dalam bahasa Inggris, "Yesterday we kill you in Bin Jawad, Today we kill you in Ras Lanuf dan tomorrow we'll kill you in everywhere in Libya."

Libyen Demonstration gegen Muammar Gaddafi in Bengasi Patronengürtel
Demonstrasi anti-Gadhafi di Benghazi, Jumat, 4 Maret 2011.Foto: AP

Pemberontak Libya menyerukan agar dunia internasional mengambil tindakan.

Di Benghazi, markas pemberontak di timur Libya, Hafiz Ghoga, juru bicara Dewan Nasional Libya mengatakan, "Kami menyerukan pada PBB untuk memberlakukan larangan terbang di Libya, untuk melindungi keluarga kami dan mencegah serangan udara seperti yang Anda dengar sekarang."

Jika seruan itu dikabulkan, kata Muammar Gaddafi, rakyat Libya akan mengangkat senjata melawan negara-negara barat. Dalam wawancara yang disiarkan televisi pemerintah Turki, Rabu ini, Gaddafi mengatakan, jika barat memberlakukan zona larangan terbang, akan jelaslah bagi rakyat Libya bahwa yang diinginkan barat hanya mengambil alih Libya dan mencuri minyaknya.

Sebelumnya Menlu AS Hillary Clinton sudah menegaskan bahwa Washington percaya keputusan apapun untuk menetapkan zona larangan terbang terhadap Libya adalah persoalan PBB dan bukan prakarsa yang dipimpin AS.

Namun, seiring membesarnya tekanan dari Libya dan di berbagai penjuru di dunia Arab, Gedung Putih mengatakan Presiden AS Barack Obama dan PM Inggris David cameron setuju untuk mendorong perencanaan, termasuk di NATO, menyangkut semua respon yang mungkin dilakukan. Termasuk pengawasan, bantuan kemanusiaan, pelaksanaan embargo senjata, dan, ini disebut paling akhir, zona larangan terbang.

Dalam wawancara dengan televisi Turki, Gaddafi mengulang klaim sebelumnya bahwa revolusi di Libya digalang militan Al Qaeda yang membayar anak-anak muda. Pemerintah dan media barat dikelabui oleh propaganda Al Qaeda sehingga percaya bahwa tentara Libya yang menghantam perlawanan rakyat.

"Saya pasti gila kalau sampai menembaki demonstran damai, saya tak pernah melakukan itu", kata Gaddafi.

afp,dpa,rtr/ Renata Permadi

Editor: Hendra Pasuhuk