1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Saudara di Pantai Gading

29 Maret 2011

Kalangan pengamat menyebut Pantai Gading dalam perang saudara. Masih adakah harapan bagi diplomasi menyelesaikan konflik di Pantai Gading?

https://p.dw.com/p/10jaY
Situasi di Pantai Gading. PBB dianggap sebagai musuh negara.Foto: AP

Kubu mantan presiden Laurent Gbagbo merekrut makin banyak anak muda.

"Ayo, kemari dan cukur rambut!“, seru pemangkas rambut di tangsi militer. Untuk menjadi tentara pemuda-pemuda itu harus dicukur gundul. Mereka sebagian adalah mahasiswa atau pedagang. Guillaume salah satu dari mereka:

"Saya seorang patriot. Mengingat situasi di sini, di tanah air tercinta, kami bertekad untuk berjuang melawan pemberontak.“

Pernyataan senada sering dilontarkan oleh Menteri Pemuda Charles Blé Goudé yang ditakuti. Ia menyerukan pemuda Pantai Gading untuk mendaftarkan diri jadi tentara dan ribuan mengikuti seruannya. Laurent Gbagbo masih saja banyak pendukungnya, walaupun ia dikucilkan oleh masyarakat internasional dan uangnya sudah mulai terkuras habis.

Pantai Gading berada di persimpagan jalan, ungkap Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam sebuah pesan video:

"Pantai Gadaing hadapi dua jalan. Di satu jalan Laurent Gbagbo dan pendukungnya bersikeras untuk mempertahankan kekuasaan. Ini memicu kekerasan, semakin banyak warga sipil yang terbunuh dan terluka. Tetapi, Pantai Gading juga dapat menempuh jalan lain. Gbagbo dapat meniru pemimpin lain, dengan menolak menggunakan kekerasan dan mewujudkan permintaan rakyat.“

Tetapi Gbagbo tetap bersikap keras kepala dan menolak untuk mengundurkan diri. Juru bicaranya mengatakan, kalau perlu, Gbgagbo akan menghadapi kendaraan berlapis baja dengan tangan kosong.

Beberapa pekan lalu panser militer Gbagbo memasuki kawasan Abobo, bagian dari ibukota Abijan. Abobo merupakan daerah kekuatan Alassane Ouattara. Pendukungnya membentuk tentara darurat dan menguasai kawasan tersebut. Situasi di Abobo seperti perang saudara. Toko-toko tutup, tidak ada bahan pangan dan obat-obatan. Ribuan warga mengungsi mencari perlindungan. Jacques Francuin dari organisasi PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR, melaporkan pada stasiun radio Perancis RFI:

"Kami memperkirakan, 7.000 hingga 8.000 orang telah meninggalkan Abijan, mungkin juga lebih banyak. Mereka mencoba mencari perlindungan di desanya. Sulit mendapatkan gambaran tentang situasi di Abijan, karena kami tidak bisa bergerak bebas. Pegawai PBB dianggap sebagai musuh negara.“

Di barat Pantai Gading UNHCR harus menghentikan pekerjaannya, karena situasinya terlampau berbahaya. Para pemberontak berupaya merebut kota Duékoué dan melepaskan tembakan dengan menggunakan senjata berat. Sejumlah warga dilaporkan tewas.

Tidak ada lagi kalangan yang mengandalkan diplomasi menyelesaikan konflik di Pantai Gading. Semua upaya Uni Afrika sebagai perantara gagal. Terakhir, Outtara menuduh juru rundingnya memihak pada Gbagbgo. Sebuah intervensi militer seperti di Libya tidak diinginkan oleh negara tetangga. Quattara berharap, Gbagbo akan kehabisan uang dan kehilangan mitra dalam waktu dekat.

Marc Dugge/Andriani Nangoy
Editor: Hendra Pasuhuk