1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peranan NATO di Libya dan Krisis Portugal

25 Maret 2011

Sejumlah harian internasional mengomentari dua perkembangan politik di Libya dan situasi ekonomi di Portugal.

https://p.dw.com/p/10hYN
Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen dalam konferensi pers di Brussel (24/03).Foto: dapd

Harian Jerman Tagesspiegel memberikan tanggapan terhadap peranan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan makna intervensi kemanusiaan:

Setelah Libya tekanan semakin bertambah untuk ikut campur dalam perang saudara di negara lain. Tetapi keputusan untuk itu tidak akan pernah bebas dari kesewenang-wenangan atau dari pemanfaatan situasi untuk kepentingan politik. Oleh sebab itu bagi NATO sulit untuk menemukan kesepakatan akan peranan mereka. Apa yang diinginkan aliansi militer itu setelah Perang Dingin berakhir? Pasukan untuk kepentingan kemanusiaan di seluruh dunia? Siapa yang menentukan, di mana akan dilakukan serangan, siapa yang memimpin? Krisis Libya menunjukkan dalam sekejap semua masalah NATO yang tidak terselesaikan. Salah satu dari 28 anggotanya negara Islam, yaitu Turki. Sekarang NATO melaksanakan blokade laut, yang tidak salah sama sekali, tetapi terutama bertujuan untuk menjaga muka.

Harian Jerman lainnya Junge Welt memberikan komentar negatif terhadap serangan udara atas Libya:

Resolusi PBB tahun 1973 memungkinkan ikut campur kekuatan Barat dalam perang saudara di Libya, walaupun bertentangan dengan hukum internasional. Kejahatan perang yang dilakukan militer disebut sebagai alasan untuk melakukan intervensi. Serangan udara atas para penentang rejim yang tidak pernah terbukti diikutsertakan dalam propaganda. Kemudian dinyatakan bahwa "pasukan Gaddafi" memulai pembinasaan atas rakyatnya sendiri. Cerita dari Barat, bahwa "orang gila dari Tripoli" membantai demonstran tidak bersenjata dari udara, sejak awal hanya karangan semata.

Tema lain yang dikomentari harian Eropa adalah masalah Portugal. Harian Perancis La Presse de la Manche mengomentari situasi di Portugal setelah Perdana Menteri José Socrates mengundurkan diri:

Socrates ingin menyelamatkan negaranya dari situasi sulit di mana ia berada, tanpa meminta tolong dari Dana Moneter Internasional (IMF) atau Uni Eropa. Parlemen Portugal menyatakan penolakannya. Tetapi itu berarti, Portugal harus mematuhi tuntutan IMF, yang berarti negara itu harus melaksanakan rencana penghematan baru. Selain itu, setelah Portugal orang khawatir akan adanya efek domino yang mengaitkan Spanyol, yang pada akhirnya akan merugikan Uni Eropa.

Terakhir, harian Perancis lainnya La Croix juga memberikan tanggapan tentang krisis pemerintah di Portugal:

Negara itu mengalami krisis politik yang sangat besar dan pada waktu yang salah, baik bagi negara itu sendiri maupun bagi seluruh zona pengguna mata uang Euro. KTT Uni Eropa di Brussel harus memperhitungkan berbagai langkah, untuk menghindari krisis seperti di Yunani dan Irlandia. Tiba-tiba terjadi krisis baru. Krisis itu harus diatasi, karena negara berikutnya yang kemungkinan menghadapi krisis termasuk salah satu negara besar di zona Euro: Spanyol. Kemungkinan besar orang akan menemukan solusi. Tetapi kesulitan di Portugal menunjukkan, bahwa krisis Euro belum berakhir. Juga tidak dapat diatasi dengan cara tambal sulam. Utang negara-negara itu yang membumbung tinggi membutuhkan perbaikan dalam waktu lama, dan itu hanya dapat tercapai lewat solidaritas dan keseimbangan.

Marjory Linardy/afp/dpa

Editor: Hendra Pasuhuk