1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peran Internet dalam Revolusi di Mesir

14 Februari 2011

Pengaruh internet dalam demonstrasi seperti yang terjadi di Mesir serta aksi protes di Aljazair menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/10Gzz
Demonstran yang berkemah di Lapangan Tahrir ikuti pidato Mubarak via laptopFoto: Khalid El Kaoutit

Harian Inggris The Times mengomentari pengaruh internet dalam demonstrasi seperti yang terjadi di Mesir

“Kejadian di Mesir mengajar kita bahwa perubahan berasal dari dalam dan hampir tidak ada alasan lebih kuat dibanding transparansi. Jalur informasi bebas, baik melalui pers independen, WikiLeaks, internet ataupun jaringan telefon seluler tampil sebagai katalisator eksplosif. Informasi adalah kekuatan dan akan mewujudkan sasarannya. Jalur informasi bebas yang sebaiknya kita sambut sepenuh hati, tidak hanya mengubah aturan main bagi para diktator, melainkan juga bagi barat. Warisan perang dingin, dimana dibentuk rezim-rezim marionet, yang menjamin stabilitas tanpa memperhatikan korupsi dan brutalitas, sudah mendekati akhir. Barat harus terbiasa dengan dunia yang transparan.”

Mesir ibaratnya Eropa Timur tahun 1989. Demikian komentar harian Polandia Gazeta Wyborcza mengenai kemenangan gerakan aksi protes di Mesir

“Pada hari-hari semacam itu hidup ada gunanya. Ini mengingatkan akan waktu-waktu paling indah perubahan demokratis tahun 1989, ketika diktatur komunis harus tunduk kepada gerakan kebebasan. Hak untuk kegembiraan besar, kini dimiliki semua yang teringat pada pemilu di Polandia Juni 1989, pada runtuhnya tembok Berlin dan revolusi beludru di Cekoslowakia. Kita juga ingat momentum dramatis ketika Yelzin naik ke panser dan menyerukan untuk mempertahankan kebebasan dari kudeta Stalin, maupun revolusi Oranye di Ukraina. Tapi jangan kita lupa apa yang terjadi setelah itu. Konflik etnis dan sosial berdarah, perpecahan dan krisis di dalam kubu pemenang, persaingan antara elit baru. Jalan menuju kebebasan dan demokrasi bukanlah jalan yang santai.“

Mengenai protes yang terjadi di Aljazair harian Perancis Liberation berkomentar

"Berbeda dengan pemerintahan di Tunisia dan Mesir yang tampaknya percaya akan popularitas yang semu, pemerintah Aljazair sejak bertahun-tahun tahu bahwa mereka tidak disukai dan tidak legitim. Untuk ribuan demonstran pemerintah Aljazair memobilisir 30 ribu polisi. Demikian takutnya mereka akan penularan musim semi di kawasan Arab. Jenderal-jenderal berusaha mengantisipasi hal itu dan meredam gejolak yang mulai muncul. Tapi warga Aljazair tidak dapat dikelabui. Mereka berdemonstrasi menentang sistem yang menekan mereka dan menentang Presiden Bouteflika. Remaja yang tidak memiliki harapan selain pengangguran atau pengasingan, di Aljazair jauh lebih besar dibanding di negara-negara lainnya.“

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Hendra Pasuhuk