1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penyebab Runtuhnya Jembatan Tenggarong Masih Diselidiki

Dyan Andriana Kostermans28 November 2011

12 korban tewas dan puluhan luka akibat runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara Sabtu (26/11). Saat ini penyebab runtuhnya jembatan itu, masih diselidiki polisi dan Kementerian Pekerjaan Umum.

https://p.dw.com/p/13IIm
Rescuers inspect the ruin of Kutai Kartanegara bridge in Tenggarong, East Kalimantan, Indonesia, Sunday, Nov. 27, 2011. The busy bridge collapsed Saturday causing a bus, cars and motorcycles crashed into the river below, police and witnesses said. (AP Photo)
Jembatan Kutai KartanegaraFoto: dapd

Menurut laporan seorang warga Samarinda, jembatan itu memang sudah turun sekitar 15 cm, dan pada hari Sabtu (26/11) sedang diperbaiki. Untuk perbaikan tersebut satu jalur jembatan ditutup, dan hanya satu jalur yang dibuka untuk digunakan lalu lintas. Tampaknya jembatan tersebut tidak mampu menahan beban, sehingga sudah terlihat miring dan sesaat kemudian ambruk. Ratusan kendaraan yang tengah melintasi jembatan beserta penumpangnya jatuh ke Sungai Mahakam.

Petugas penolong kesulitan melakukan pencarian korban, karena keruhnya air sungai. Selain itu kedalaman Sungai Mahakam (40 m) dan arus sungai yang deras juga menambah sulitnya pencarian. Hingga Senin (28/11) dilaporkan jumlah korban tewas 12 orang , dan puluhan lainnya luka-luka.

Jalur Darat Lintasi Mahakam Dialihkan

Jembatan Kutai Kartanegara yang konstruksinya menyerupai Jembatan Golden Gate di San Fransisco, Amerika Serikat, mulai dibangun tahun 1995 dan selesai tahun 2002. Dengan panjang total 710 meter, Jembatan Kutai Kartanegara merupakan salah satu penghubung utama kota Samarinda dengan Kecamatan Tenggarong Seberang, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Dengan ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara, lalu lintas darat melintasi Mahakam dialihkan ke Jembatan Mahulu. Jembatan yang diresmikan sekitar tahun 2009 tersebut menghubungkan daerah Loa Janan dengan Samarinda Ulu.

Dyan Kostermans/AFP/Tempo/Kompas

Editor: Hendra Pasuhuk