1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Parlemen, Ujian Bagi Rezim Iran?

1 Maret 2012

Warga Iran siap memilih parlemen baru sejak pemilu kontroversial tahun 2009 yang memilih kembali Presiden Ahmadinejad. Pemilu kali ini dinilai tidak akan banyak mengubah peta politik Iran.

https://p.dw.com/p/14CqH
Ilustrasi pemilu parlemen Iran
Ilustrasi pemilu parlemen IranFoto: Montage DW

Dunia Barat akan mengamati Iran dengan cermat saat lebih dari 48 juta pemilih di negara tersebut berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara hari Jumat (2/3) untuk memilih parlemen baru. Pemilu kali ini menjadi yang pertama digelar sejak kemenangan kontroversial Presiden Mahmoud Ahmadinejad yang memicu berbulan-bulan protes di jalanan Iran yang diwarnai kekerasan tahun 2009.

Kali ini rezim di Teheran telah meningkatkan secara dramatis tekanan terhadap para pembangkang menjelang pemilu. Demikian diungkapkan Amnesty International. Militer Iran menangkapi pengacara, mahasiswa dan jurnalis, serta menarget media elektronik. Rezim dengan sukses menindas kelompok oposisi utama, termasuk Gerakan Hijau yang sempat kuat. Para pemimpinnya, Mir Hossein Mousavi dan Mahdi Karroubi, berstatus tahanan rumah selama lebih dari setahun.

Selebaran kandidat pemilu parlemen Iran
Selebaran kandidat pemilu parlemen IranFoto: AP

Para politisi Iran tidak terlalu memperhatikan isu-isu yang justru mengkhawatirkan di mata para pemilih. Kesulitan ekonomi yang harus dihadapi akibat tingginya inflasi dan sanksi dunia Barat, juga isolasi Iran dari dunia internsional yang semakin meluas. Kalangan pengamat menilai pemilu parlemen Iran kali ini lebih mencerminkan pertikaian diantara kaum konservatif.

"Pemilu ini menunjukkan betapa parah perselisihan antara beragam faksi konservatif," ujar Rouzbeh Parsi dari Institut Uni Eropa untuk Studi Keamanan (EUISS) di Paris kepada DW. "Tadinya konservatif melawan reformis, kini konservatif melawan satu sama lain. Satu-satunya kesamaan diantara mereka adalah mereka tidak menyukai kaum reformis."

Parlemen tidak pengaruhi kebijakan

Total 3.444 kandidat memperebutkan 290 kursi di parlemen. Bagi rezim, pemilu ini menjadi ajang demonstrasi legitimasi. "Tanda kelemahan sedikitpun menjadi bunuh diri bagi rezim. Pemerintah Iran menerjemahkan partisipasi pemilih sebagai pembaharuan kesetiaan warga atas rezim," jelas Yasmin Alem, seorang analis independen. Secara garis besar, persaingan terjadi antara dua faksi konservatif. Satu pendukung Ahmadinejad, yang satu lagi menentangnya.

Ansari menambahkan bahwa hasil pemilu hari Jumat tidak akan berdampak banyak terhadap kebijakan negara. Perselisihan politik Iran memang cukup membuat gaduh namun tidak membuat perubahan fundamental apapun terhadap gaya kepemimpinan negara. Pimpinan spiritual Ayatollah Khamenei serta para pelingdung sistem yang berkuasa tetap kuat. Mereka sendiri mengontrol kebijakan nuklir Iran.

"Kebijakan luar negeri tidak diputuskan di parlemen," ungkap Alem. "Jadi pemilu ini tidak akan mempunyai dampak langsung."

Seorang pekerja biro pertukaran mata uang menghitung Dolar di sebelah tumpukan Rial yang memuat gambar mendiang Ayatollah Khomeini
Seorang pekerja biro pertukaran mata uang menghitung Dolar di sebelah tumpukan Rial yang memuat gambar mendiang Ayatollah KhomeiniFoto: AP

Meski dunia Barat masih memilih sanksi ekonomi sebagai alat terbaik untuk mengekang program nuklir Iran, Israel menyatakan serangan militer mungkin diperlukan jika Teheran tetap keras kepala. Menurut Parsi, Amerika Serikat tidak mendukung serangan militer terhadap Iran. Terutama menjelang pemilihan presiden bulan November ini. Meski Presiden Barack Obama tahu jika Israel memutuskan untuk menyerang akan menjadi bencana kebijakan luar negeri baginya.

Ekonomi menentukan

Menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton baru-baru ini menyatakan pemerintahan Obama bergerak cepat untuk kembali memperketat sanksi terhadap Iran. "Kami berencana memperkuat sanksi-sanksi terhadap Iran secepat dan seketat mungkin, mengikuti segala perkembangan internal Iran, yang tampaknya erat kaitannya dengan tekanan ekonomi yang kami rasa berdampak pada pembuatan kebijakan," tandas Clinton di hadapan Senat.

Kalangan pengamat juga sepakat kalau memang terjadi perubahan politik, lebih karena alasan ekonomi. Tidak diragukan lagi perekonomian Iran berada di bawah tekanan besar dan membuat rakyat menderita. Ironisnya, sanksi-sanksi ekonomi Amerika Serikat dan para sekutunya justru paling merugikan mereka yang mungkin melawan rezim.

Khamenei memprediksi tingkat partisipasi akan tinggi pada pemilu parlemen. "Partisipasi warga akan menjadi tamparan lagi bagi kaum imperialis, dan menyadarkan mereka bahwa tidak ada yang bisa mereka perbuat terhadap negara ini," seru Khamenei di hari terakhir kampanye.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (kiri) bersama Ayatollah Ali Khamenei (kanan) dan PM Rusia Vladimir Putin di Teheran tahun 2007
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (kiri) bersama Ayatollah Ali Khamenei (kanan) dan PM Rusia Vladimir Putin di Teheran tahun 2007Foto: AP

Tidak ada revolusi Arab di Iran

Ansari mengatakan bahwa di Iran tidak boleh ada kata revolusi. Meski tentunya generasi muda Iran mengikuti perkembangan di dunia Arab dan revolusi yang membawa perubahan politik di Tunisia, Mesir, Libya dan Yaman.

"Turunnya warga ke jalan bisa saja terjadi," ucap Parsi. Namun ia melanjutkan bahwa kemungkinan sangat kecil di Iran. Menurutnya ada perubahan besar antara Iran dengan negara-negara Arab yang kini berada di masa transisi. "Meski mayoritas warga Iran belum pernah merasakan revolusi secara personal, ada semacam ingatan kolektif akan revolusi 1979. Mereka tahu tidak bisa begitu saja menyingkirkan sistem lama tanpa mengetahui apa yang akan menggantikan. Lihat apa yang kini mereka dapat."

Pemilu parlemen hari Jumat menjadi kendaraan bagi Khamenei untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya terhadap kekuasaan dan semakin menyampingkan presiden. Juga membantu mengatur kancah politik untuk pemilihan presiden Iran tahun 2013 saat masa jabatan Ahmadinejad berakhir. Siapapun pengganti Ahmadinejad, situasi kebijakan Iran tidak akan banyak berubah. Bahkan sudah ada perbincangan mengenai penghapusan kepresidenan dan beralih ke sistem parlementer.

Iran menggunakan sistem voting dua putaran untuk pemilihan parlemen. Hasil akhir pemilu baru akan keluar bulan April mendatang. Voting dimulai pukul 8 pagi dan tempat pemungutan suara ditutup 12 jam kemudian.

Sabina Casagrande/dpa/Carissa Paramita

Editor: Hendra Pasuhuk