1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Afghanistan Penting Bagi Dunia Internasional

20 Agustus 2009

Pemilu ini bukan hanya penting bagi Afghanistan saja, melainkan juga bagi dunia internasional. Tapi harapan para pemilih juga sudah mulai memudar.

https://p.dw.com/p/JFFD


Pemilu presiden di Afghanistan tetap menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian internasional.

Harian Spanyol El Periodico de Catalunya yang terbit di Barcelona dalam tajuknya berkomentar : Jika Afghanistan merupakan sebuah negara normal, maka pemilu ini akan berlaku sebagai pertanda demokrasi dan koherensi sosial. Tapi sayangnya situasi di Afghanistan tidak normal. Ketika AS delapan tahun lalu menyerang negara itu, karena dianggap sebagai lahan subur bagi tumbuhnya Al Qaida, tindakan ini ibaratnya memukul sarang tawon. NATO dengan missinya, juga ingin menunjukkan bahwa aliansi ini di abad ke 21 masih dapat memainkan peranan. Lebih dari 100.000 serdadu ditempatkan di Afghanistan. Tapi jumlah ini tidak mencukupi untuk mencegah aksi kekerasan dan maraknya korupsi di kalangan pemerintahan. Taliban terus melancarkan serangan-serangan mengerikan. Walaupun situasinya amat dramatis, pemilu ini merupakan secercah harapan, bahwa suatu hari nanti Afghanistan akan menjadi sebuah negara yang bebas.

Harian Austria Salzburger Nachrichten yang terbit di Salzburg berkomentar : Pemilu ini tidak seperti apa yang diimpikan barat. Namun Afghanistan harus mencari jalan sendiri bagi masa depannya. Uni Eropa sudah menegaskan, pemilu presiden ini amat menentukan bagi masa depan Afghanistan. Tapi pernyataan Eropa ini dapat dibantah. Pemilu kedua setelah digulingkannya rezim Taliban pada tahun 2001 memang menandai sebuah etappe dari jalan yang amat panjang. Tapi pemilu ini nyaris tidak menentukan masa depan Afghanistan. Perkembangan kemasyarakatan tidak mandeg gara-gara pemilu. Juga bila peristiwa ini dinilai amat penting oleh pengamat barat. Hari pemungutan suara sebetulnya merupakan sebuah kesempatan, untuk menarik neraca dari masa lalu.

Harian Belanda Trouw yang terbit di Amsterdam berkomentar : Pemilu presiden sebelumnya diikuti 70 persen pemilih, yang mencerminkan bahwa banyak warga Afghanistan masih memiliki harapan bagi masa depan yang lebih baik. Tapi sekarang, banyak warga yang sudah putus harapan. Dipatahkan oleh aksi kekerasan dan situasi ekonomi yang buruk. Selain itu juga dikhawatirkan terjadinya kecurangan pemilu. Terutama juga akibat serangan Taliban yang bahkan dilancarkan di pusat ibukota Kabul. Walaupun demikian, tetap muncul harapan, warga Afghanistan akan tetap menuntut haknya untuk demokrasi, bagaimanapun kacaunya situasi. Ini merupakan sebuah prasyarat yang menentukan untuk dapat melawan teror serta anarki.

Terakhir harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar : Pemungutan suara itu tidak hanya memiliki arti penting secara nasional. Permainan ini mempertaruhkan lebih banyak lagi. Pemilu presiden ini berdampak melewati perbatasan negara yang tercabik-cabik dan sulit dikendalikan itu. Warga Afghanistan tidak hanya sekedar memilih presiden baru dan dewan provinsi. Apakah mereka pergi ke bilik pemilihan, atau tetap tinggal di rumah, ibaratnya seperti mengikuti sebuah referendum, yang diarahkan pada kepedulian masyarakat internasional. Dalam arti, menyangkut upaya stabilisasi Afghanistan, yang dinilai sebagai lokasi strategis penting dalam perang melawan terorisme. Ini merupakan referendum di bawah ancaman senjata.

AS/AR/dpa/afpd