1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Afghanistan Barometer Masa Depan Negara Itu

19 Agustus 2009

Pemilu presiden di Afghanistan akan menjadi barometer, apakah masih ada harapan masa depan di negara itu? Partisipasi besar para pemilih akan mengalahkan strategi teror dan intimidasi dari kelompok Taliban.

https://p.dw.com/p/JEDH


Pemilu presiden dan situasi keamanan di Afghanistan tetap menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional.

Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma dalam tajuknya berkomentar : Pemungutan suara hari Kamis ini menjadi penting, bukan karena siapa yang akan berkuasa di istana presiden di Kabul, apakah itu Hamid Karzai atau penantangnya yang peluangnya tidak terlalu besar Abdullah Abdullah? Bukan itu! Pemungutan suara harus lebih banyak menunjukkan, apakah demokrasi di negara itu memiliki kemungkinan dapat dilaksanakan. Dan perjalanan menuju normalisasi walaupun amat jauh, dapat dimulai. Apakah semua ancaman dan penindasan untuk membungkam suara para pemilih memiliki dampak lebih kuat ketimbang harapan? Sebab itulah sasaran semua serangan pembunuhan yang dilancarkan Taliban sejak hari Selasa lalu. Yakni untuk membuktikan, bahwa parameter dunia barat tidak dapat diberlakukan di Afghanistan dan tidak terdapat perspektif masa depan bagi negara itu.

Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar : Kandidat favorit dalam pemilu Afghanistan, Hamid Karzai adalah beban bagi dunia barat. Karzai adalah seorang pembual, senang berlagak dan melontarkan janji-janji kosong, mirip dengan gambaran mantan presiden AS George W.Bush yang memilih Karzai untuk memimpin Afghanistan. Tapi tujuh setengah tahun kekuasaannya di Kabul menunjukkan, masa kepresidenan Karzai tidak membawa negara itu kemanapun. Afghanistan memerlukan awal politik baru. Tapi kenyataannya, Karzai tetap menjadi kandidat favorit dalam pemilu presiden hari Kamis ini.

Harian Belanda De Volkskrant yang terbit di Amsterdam berkomentar : Nyaris tidak ada yang meragukan lagi, Karzai akan memenangkan pemilu presiden untuk kedua kalinya di Afghanistan setelah terusirnya rezim Taliban di tahun 2001. Tapi pertanyaan paling penting adalah, apakah Karzai akan menang telak di putaran pertama atau diperlukan pemilu putaran kedua? Bagi gaya pemerintahan yang baik, sebetulnya lebih bagus kalau Karzai terpaksa harus mengikuti pemilu putaran berikutnya. Karena ia akan merasa lebih kuat, dan lebih sedikit lagi mendengarkan nasihat dari konsultannya di luar negeri. Para pakar memperkirakan, Gedung Putih akan terus memantau dengan cermat kinerja presiden yang didukungnya di Afghanistan, jika ia terpilih kembali.

Dan terakhir harian Perancis L'Union yang terbit di Reims berkomentar : Aksi para teroris semakin meningkat bersamaan dengan hitung mundur hari pemungutan suara. Sehari menjelang pemilu, serangan roket dan serangan bunuh diri mendominasi berita. Hal itu merupakan tindakan yang ditujukan terhadap publik di barat, yang terus bertanya, apakah sejauh ini dukungan terhadap pemerintah di Kabul sudah benar? Iklim perang total semacam itu, memaksa serdadu koalisi juga harus memperkuat tindakan perlindungan sendiri, tanpa kehilangan kontaknya dengan penduduk lokal yang seringkali hidup dalam ketakutan dan kengerian. Sebuah keikut sertaan pemilu yang cukup besar, akan menjadi cara terbaik untuk mengalahkan strategi Taliban.

AS/AR/dpa/afpd