1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilihan Presiden di Haiti Berakhir

21 Maret 2011

Rakyat Haiti telah memberikan suara mereka bagi seorang presiden dan parlemen baru.

https://p.dw.com/p/10dHf
Kandidat calon presiden Haiti Michel MartellyFoto: AP

"Tet kale Presiden" - begitu seruan ribuan pendukung Michel Martelly, saat kandidat calon presiden itu tiba di tempat pemungutan suara di Port au Prince. "Tet kale – si keras kepala", demikian julukan musisi berusia 50 tahun yang memiliki nama panggung "Sweet Micky". Ia dianggap sebagai kandidat yang sedikit lebih diunggulkan untuk posisi presiden. Usai memberikan suaranya, ia tampak yakin akan kemenangannya. "Saya ingin mengatakan kepada Anda, bahwa hari perubahan telah tiba. Perubahan bagi Haiti untuk keluar dari kesengsaraan. Saya akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendidikan. Semua harus turut memilih."

Pesaingnya bernama Mirlande Manigat, profesor hukum berusia 70 tahun. Sebagai istri seorang mantan presiden, ia termasuk golongan elit negara itu. Jika menang, ia menjadi presiden terpilih perempuan pertama di Haiti. Ertha Pascal-Trouillot menjadi presiden sementara negara itu setelah kudeta di tahun 1990. Di tempat pemungutan suara, para pemilih tidak ragu mengungkapkan kepada siapa mereka memberikan suaranya. Seorang pemilih perempuan berkata : "Menurut saya, seorang perempuan bisa memerintah negara sama baiknya seperti seorang pria. Dan perempuan diterima dalam masyarakat. Akan bagus bagi kaum perempuan, jika kami memiliki seorang presiden perempuan." Sebaliknya, seornag pemilih mengatakan : "Saya memilih Tet Kale. Kami butuh seseorang yang datang dari luar. Para politisi tua tidak berhasil meraih apa pun. Keadaan negara ini benar-benar buruk. Presiden baru harus bisa bekerja keras."

Pemilu berlangsung dengan berbagai masalah. Banyak tempat pemungutan suara yang terlambat dibuka selama berjam-jam. Namun dibuka lebih lama dari rencana sebelumnya. Tetapi : Kali ini tidak ada kekacauan dengan protes massal seperti dalam putara pemilu pertama akhir November lalu. Di jalanan tampak jelas lebih banyak tentara helm biru PBB. Jumlah polisi Haiti juga tidak kalah banyaknya. Walau pun demikian, dua orang dikabarkan tewas dalam bentrokan di wilayah Artibonite dan Mare Rouge. Pimpinan misi PBB di Haiti, Edmond Mulet, menjelaskan kondisi pemilihan kali ini. "Kami mengalami beberapa masalah organisatoris. Di beberapa tempat kurang kertas suara dan kotak suara. Tetapi ini berhasil diselesaikan. Jadi hingga kini semuanya masih positif."

'Kemenangan bagi demokrasi', demikian komisi pemilu berseru usai pemilihan berakhir hari Minggu (20/3) malam waktu setempat. Ketegangan sempat terjadi malam sebelum pemilu. Penyanyi rap yang sebelumnya juga mencalonkan diri sebagai kandidat presiden, Wyclef Jean, menurut keterangannya sendiri terluka di tangannya akibat sebuah tembakan. Ia kini dikenal sebagai pendukung paling ternama dari Michel Martelly. Jean hadir di tempat pemungutan suara dengan tangan yang terbalut perban. "Tembakannya hanya menyerempet. Saya sudah pergi ke dokter. Kami tidak tahu siapa pelakunya dan tidak mau menyalahkan siapa pun."

Mantan presiden Jean-Bertrand Aristide yang kembali ke Haiti tampak tidak berusaha tampil mencolok di hadapan publik. Namun, banyak yang memperkirakan, bahwa ia akan kembali aktif di bidang politik. Hasil akhir pemilu di Haiti yang secara mengejutkan berlangsung cukup tenang, akan diumumkan pertengahan April mendatang.

Martin Polansky / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Dyan Kostermans