1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilihan Presiden Afghanistan Diduga Diwarnai Kecurangan

8 September 2009

Proses penghitungan suara di Afghanistan berlangsung menegangkan. Presiden saat ini Hamid Karzai, secara resmi unggul atas saingannya Abdullah Abdullah. Tapi saat ini berbagai kecurangan pemil

https://p.dw.com/p/JXzG
Penghitungan suara pemilihan presiden Afghanistan tetap dilanjutkan.
Penghitungan suara pemilihan presiden Afghanistan tetap dilanjutkan.Foto: AP

Untuk pertama kalinya Hamid Karzai unggul meraih 50 persen suara dalam proses penghitungan. Jika hasil itu bertahan hingga proses penghitungan berakhir, maka Karzai berhak menjabat presiden untuk periode keduanya, hanya dengan satu putaran pemilihan. Komisi Pemilihan Umum menyatakan, saat ini perolehan suara bagi Karzai mencapai lebih dari 54 persen, sementara saingannya Abdullah Abdullah memperoleh lebih dari 28 persen suara. Saat ini proses penghitungan suara sudah hampir selesai.

Namun, pemilihan presiden Afghanistan kali ini dinodai kecurangan. Komisi Pengawas bentukan PBB menerima pengaduan ditemukannya bukti-bukti nyata dan meyakinkan mengenai adanya kecurangan yang dilakukan dalam pemilu yang digelar 20 Agustus lalu. Komisi tersebut kemudian memerintahkan penghitungan ulang sebagian suara. Juru bicara misi PBB di Afghanistan, Alim Seddiqi, mengungkapkan kekhawatiran terhadap adanya penyimpangan semakin meningkat.

"Kami menyerukan Komisi Pengawas Pemilihan untuk meningkatkan upaya mereka. Itu termasuk menyortir kotak suara yang menunjukkan bukti kecurangan. Kebenaran pemilhian merupakan hal terpenting bagi Afghanistan dan mitra internasionalnya,“ kata Seddiqi.

Tudingan kecurangan terutama diarahkan ke kubu Karzai. Menurut berbagai laporan, di beberapa tempat Karzai bahkan meraih 100 persen suara. Sementara kandidat saingannya sama sekali tidak mendapatkan suara. Beberapa saat setelah pemungutan suara beredar kabar bahwa di beberapa wilayah pemilihan, kotak suara diisi dengan kertas suara palsu.

Harian New York Times melaporkan, pendukung setia Karzai membuat tempat pemungutan suara fiktif, di mana terdaftar ratusan ribu kertas suara yang memilih Karzai, padahal di lokasi-lokasi itu tidak ada orang yang memberikan suaranya. Misalnya di provinsi asal Karzai, Kandahar, menurut hasil resmi sementara, di sana terdapat 350 ribu kertas suara yang harus dihitung. Sementara menurut pengamat asing, tercatat hanya 25 ribu warga Kandahar yang pergi memberikan suaranya.

Hasil akhir baru akan diumumkan jika kasus kecurangan pemilu selesai ditangani. Para pengamat memperkirakan, hal tersebut dapat memakan waktu berpekan-pekan.

Saat ini Perserikatan Bangsa-Bangsa, NATO dan pemerintah Afghanistan juga sedang disibukkan dengan penyelidikan mengenai perintah pemboman di Kunduz oleh militer Jerman hari Jumat lalu (04/09). Pernyataan pasukan pelindung Afghanistan hari Selasa kemarin (08/09) menyebutkan, mereka mengharapkan hasil penyelidikan itu dalam beberapa pekan mendatang. Artinya juga, dari penyelidikan awal disimpulkan, serangan udara itu tidak hanya menewaskan pemberontak, tapi juga menewaskan dan melukai warga sipil.

Serangan yang terjadi di Kabul hari Selasa kemarin (08/09) juga menewaskan warga sipil. Pelakunya memang menjadikan pasukan asing sebagai sasaran aksinya. Pelaku meledakkan diri dan kendaraannya di gerbang wilayah militer bandar udara.

Kai Küstner/Luky Setyarini

Editor: Anggatira Rinaldi