Peluang Bisnis Mebel di Internet
29 Maret 2012Di Berlin yang bisa menjadi fotomodel tidak hanya manusia tapi juga mebel. Hasil pemotretan mebel dianimasi bagi konsumen yang membeli mebel di internet.
Marc Appelhoff adalah salah satu pendiri “Fashion for Home”. Model mebel perusahaan itu hanya ada online. Dikatakan Appelhoff: “Kami punya keuntungan besar, dimana kami dapat menampilkan setiap sudut dan warna model, yang tidak ada pada showroom mebel. Hambatan kami, pelanggan baru dapat mencoba menduduki produk kami jika menerima barangnya. Ini harus kami hilangkan dengan foto yang bagus, video, contoh bahan yang kami kirim gratis dan dijamin dapat dikirim kembali sampai maksimal 30 hari.“
Lebih dari 200 produk mebel ditawarkan di website secara visual. Di internet sofa disain modern harganya lebih murah hampir separuhnya dibanding di toko mebel. Bisnis online juga menguntungkan di banyak faktor. Dijelaskan salah satu pendiri “Fashion of Home” Marc Appelhoff: „Ketika kami benar-benar memutuskan model bisnis ini, tentu ada juga pertimbangan bahwa kami perlu risiko kapital lebih kecil untuk mendirikannya. Dan itu alasan bahwa kami dapat menghindari harga sewa gudang yang mahal dan langsung dapat mengirimnya kepada pelanggan.“
Meski demikian perusahaan baru itu tidak bisa sama sekali mengesampingkan showroom. Di kantor pusat di Berlin dipasang beberapa mebel yang paling laris dijual. Bagi pelanggan yang tinggal di Berlin praktis. Mereka dapat melihat dan mencoba mendudukinya.
Walaupun produk konsumsi di internet sedang booming, perbankan justru kurang percaya pada para pengusaha muda. Pengalaman yang dialami pengusaha Marc Appelhoff: „Bagi pihak bank itu hal yang sangat sulit. Kami melihat contohnya jika kami mendapat setoran dari pelanggan kami, selalu ada reserve yang ditahan sebagai jaminan keamanan bank, jika pelanggan meminta kembali uang ini. Dan itu sebagai pengusaha muda tentu kerugian besar dibanding perusahaan yang mapan."
Tahun 2009 Marc Appelhoff mendirikan toko mebel online, sekarang pekerjanya 80 orang.
Katrin Slawinger/Dyan Kostermans
Editor: Agus Setiawan