1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Kecam Keras Ujicoba Rudal Balistik Korea Utara

30 Agustus 2017

Dewan Keamanan PBB mengecam keras peluncuran rudal balistik Korea Utara ke atas Jepang dan menuntut agar negara itu menghentikan program senjata nuklirnya.

https://p.dw.com/p/2j4ri
USA UN-Sicherheitsrat in New York - Sondersitzung zu den Rakektentests in Nordkorea
Foto: Reuters/A. Kelly

Korea Utara mengatakan, peluncuran rudal balistik jarak menengah (IRBM) itu adalah untuk melawan latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan. Pemimpin Korut, Kim Jong Un, memerintahkan peluncuran yang dilakukan untuk pertama kalinya dari ibukota Pyongyang. Jong Un kemudian mengancam, akan ada lebih banyak latihan militer dengan target di Pasifik, kata kantor berita Korea Utara KCNA hari Rabu (30/8).

"Latihan peluncuran roket balistik saat ini dengan kondisi seperti perang sesungguhnya adalah langkah awal operasi militer KPA di Pasifik," tulis KCNA mengutip pernyataan Jong Un. KPA adalah singkatan dari Korean People's Army, militer Korea Utara.

Memang Korea Utara sebelumnya mengancam akan menembakkan empat rudal ke laut dekat Guam bulan ini, tempat pangkalam militer utama A.S di Pasifik. Hal itu diumunmkan setelah Presiden Donald Trump menyatakan akan menghadapi Korea Utara dengan "api dan kemarahan" jika berani mengancam AS.

Nordkorea Kim Jong-Un
Pimpinan Korut Kim Jong un mengancam akan ada lebih banyak ujicoba lagiFoto: Getty Images/AFP/STR

Seluruh15 anggota Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa "sangat penting" bagi Korea Utara agar segera mengambil tindakan nyata demi mengurangi ketegangan, dan meminta semua negara untuk menerapkan sanksi PBB terhadap negara itu. Namun pernyataan DK PBB yang dirancang AS itu tidak mengancam sanksi baru terhadap Korea Utara.

Diplomat mengatakan, anggota DK PBB yang punya hak veto, yaitu Cina dan Rusia,  biasanya hanya menilai uji coba rudal jarak jauh atau senjata nuklir sebagai pemicu untuk sanksi lebih lanjut. Sedangkan kali ini Korut hanya menembakkan rudal jarak menengah.

Duta Besar Cina dan Rusia di PBB mengatakan bahwa mereka menentang sanksi sepihak terhadap Korea Utara, dan mengulangi seruan untuk menghentikan penerapan sistem pertahanan rudal AS di Korea Selatan.

"Saya tentu berharap bahwa kita dapat memiliki resolusi yang kuat untuk menindaklanjuti pernyataan ini," kata Duta Besar Jepang untuk PBB, Koro Bessho kepada wartawan setelah pertemuan tersebut.

Japan Raketenabwehrsystem PAC 3 in Fussa
Sistem anti rudal Jepang PAC 3 yang ditempatkan militer AS dekat Tokyo, JepangFoto: Reuters/I. Kato

Berbicara di Beijing, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi mengatakan, negaranya sedang mendiskusikan situasi tersebut dengan anggota Dewan Keamanan lainnya dan akan membuat "tanggapan yang diperlukan" berdasarkan konsensus yang dicapai.

"Setiap tindakan melawan Korea Utara harus berada di bawah kerangka Dewan Keamanan PBBU, dan harus dilaksanakan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan," katanya dalam sebuah konferensi pers.

Berbicara saat berkunjung ke kota Osaka di Jepang, Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta Cina untuk memberi tekanan lebih besar pada Korea Utara, dengan mengatakan bahwa Beijing memiliki peran kunci untuk dimainkan.

Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengecam ujicoba rudal Korea dan menegaskan, apa yang dilakukan Korea Utara telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.

„Posisi Indonesia selalu konsisten, bahwa kita tidak ingin melihat satu negara secara terus-menerus melanggar resolusi PBB. Menlu Retno menambahkan, bulan September mendatang para menlu dari hampir semua negara akan bertemu pada Sidang Majelis Umum PBB September mendatang. Isu Korea tentu akan dibahas dalam sidang itu.

hp/rn (rtr, afp, ap)