1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

190911 Papst Vorbericht

21 September 2011

Masa depan Gereja, Oikumene dan penaganan skandal penyiksaan menjadi sorotan dalam lawatan resmi Sri Paus ke Jerman.

https://p.dw.com/p/12dl0
Logo zum Papstbesuch 2011 in Berlin, Freiburg, Erfurt. ***ACHTUNG: Das Bild darf nur im Zusammenhang mit Berichterstattung über den Papstbesuch 2011 verwendte werden.***
Logo Kunjungan Paus di tiga kota Jerman.Foto: Verband der Diözesen Deutschlands - VDD

Berlin, Erfurt dan Freiburg. Tiga kota di Jerman ini akan dikunjungi Paus Benediktus XVI, tanggal 22 - 25 September. Joseph Ratzinger, yang sejak 2005 menjadi pemimpin tertinggi gereja Katolik, mengunjungi tanah airnya, bukan tanpa alasan.

Gereja di Jerman menghadapi situasi sulit. Setelah terungkapnya kasus-kasus penyiksaan terhadap anak-anak di sejumlah institusi gereja, banyak umat Katolik yang meninggalkan gereja mereka. Karena itulah motto kunjungan Sri Paus kali ini, "Dimana ada Tuhan, di situlah masa depan". Benediktus XVI akan berpidato di depan parlemen di Berlin, namun hal ini banyak ditentang.

Hymne Vatikan akan kembali dimainkan Kamis ini (22/09) di Berlin, menyambut kedatangan Sri Paus. Walau sudah dua kali melawat Jerman sebagai pemimpin tertinggi gereja katolik, inilah kali pertama Joseph Ratzinger datang untuk kunjungan resmi.

 Tidak semua menyambut hangat

 Sesudah bertemu Presiden dan Kanselir, Sri Paus akan berpidato di depan parlemen Jerman, Bundestag. Satu hal yang disambut gembira Uskup Agung Jerman, Robert Zollitsch.

Ia mengatakan, "Kami gembira Paus datang ke Jerman untuk kunjungan resmi. Dan tentu saja kami akan menyambutnya sepenuh hati."

Namun tidak semua memberi sambutan hangat. Sekitar 100 anggota parlemen dari fraksi oposisi, Sosial Demokrat, Partai Hijau dan Partai Kiri, akan melewatkan pidato Sri Paus, karena berpendapat, seorang pemimpin agama tak seharusnya berpidato di parlemen.

"Jika orang sekarang mulai melakukannya bagi pemimpin gereja dan pemimpin komunitas beragama, lantas kemana akan berakhirnya?", Hans-Christian Ströbele dari Partai Hijau.

 Lebih banyak yang mendukung

 Uskup Agung Zollitsch pada prinsipnya tidak punya keberatan apapun terhadap protes akan masalah pidato di parlemen.

"Ketua Bundestag mengundang Paus. Itu prakarsa dia. Parlemen adalah tempat dimana terdapat berbagai pendapat, itu termasuk demokrasi. Dengar dulu apa yang mau dikatakan orang lain, pelajari secara obyektif. Tapi harus dihargai jika seseorang mengatakan, saya ingin menyampaikan pendapat dengan cara demikian", kata Zollitsch.

Di Berlin, 20.000 orang akan menyambut Paus dengan demonstrasi, sebagai protes terhadap norma-norma seks yang dipertahankan gereja Katolik. Tapi jumlah pendukung Paus tampaknya masih lebih besar daripada penentangnya. 250 ribu orang mendaftarkan diri untuk mengikuti misa terbuka di Berlin, Erfurt dan Freiburg.

 Oikumene yang sesungguhnya 

Paus Benediktus juga akan bertemu para petinggi gereja Kristen Protestan di Jerman. Pertemuan yang membawa rekonsiliasi di antara dua keyakinan, hampir 500 tahun setelah perpecahan.

"Bukan sensasi besar", kata Benediktus XVI. Hal yang sebetulnya besar adalah fakta bahwa umat kedua aliran sama-sama berpikir tentang Tuhan, mendengar sabdanya, berdampingan begitu rupa sehingga terciptalah oikumene, "rumah", yang sesungguhnya.

Hal lain yang dinantikan dari Sri Paus adalah ketegasan sikap atas terungkapnya baru-baru ini kasus penganiayaan terhadap anak-anak di institusi Katolik. Di AS dan Inggris, Paus sudah bertemu para korban. Ia juga akan melakukannya di Jerman, namun tempat dan waktu pertemuan tidak diumumkan.

 Bukan wisata agama 

Jadwal Benediktus XVI sangat padat. Kunjungan akan berakhir di Freiburg dengan misa besar yang disiarkan secara langsung oleh 20 stasiun televisi dari seluruh dunia. Lebih dari 5000 polisi akan mengamankan acara.

"Ini bukan wisata agama, apalagi pertunjukan. Motto kita hari-hari ini adalah "dimana ada Tuhan, di situlah masa depan", kata Joseph Ratzinger mengingatkan umatnya.

Ia ingin mengingatkan hampir 25 juta umat Katolik di tanah airnya untuk menjaga iman mereka, walau banyak kritik, walau kekurangan pastur dan jumlah umat menyusut.

Biaya puluhan juta

Untuk menghindari kritik, keuskupan Jerman mempublikasikan perkiraan biaya kunjungan Sri Paus selama lima hari, yaitu antara 25 sampai 30 juta Euro. Uskup Agung Robert Zollitsch menjamin, dana itu tak akan diambil dari anggaran bagi negara dunia ketiga.

Sebaliknya, dibentuk Dana AfrikaTimur Benediktus, antara lain untuk menampung sumbangan dari misa-misa yang diadakan selama kunjungan Sri Paus.

Bernd Riegert/ Renata Permadi

Editor: Ayu Purwaningsih