1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasukan Gaddafi Serang Kota-kota Kecil

12 Mei 2011

Pasukan yang setia pada rezim Gaddafi melancarkan serangan terhadap kelompok perlawanan di berbagai daerah di Libya, beberapa jam setelah NATO membombardir salah satu lokasi kompleks milik Gaddafi.

https://p.dw.com/p/11F4t
Rumah yang hancur ditembaki tank di Misrata.
Rumah yang hancur ditembaki tank di Misrata.Foto: AP

Media oposisi Al Manara melaporkan pasukan Gaddafi menggunakan roket Grad dan mortir membombardir kota Nalut di barat pegunungan Nafusa. Wilayah yang dihuni mayoritas etnik Berber itu meliputi dua distrik. Zintan yang merupakan ladang pertempuran antara kelompok perlawanan dan pasukan Gaddafi masuk wilayah Nafusa barat. Sementara itu kelompok oposisi Libya al Youm melaporkan bahwa enam roket Grad pasukan Gaddafi ditembakkan ke Ajdabiya. Selama beberapa pekan terakhir kelompok perlawanan tidak berhasil merebut Ajdabiya dan bergerak ke kota Brega di barat Ajdabiya.

Tentara pemerintah Libya memeriksa gedung hancur stelah serangan udara NATO di Tripoli.
Tentara pemerintah Libya memeriksa gedung hancur stelah serangan udara NATO di Tripoli.Foto: dapd

Dalam beberapa hari terakhir ini, NATO memusatkan sasaran serangan di sekitar ibukota Tripoli. Hari Kamis (12/05), serangan udara NATO mengenai kompleks milik Gaddafi, menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 20 orang. Demikian dinyatakan rezim Libya.

Jurubicara pemerintah Mussa Ibrahim menyatakan bahwa dua dari tiga korban tewas di Tripoli adalah jurnalis. Ibrahim menambahkan bahwa kedua korban tewas, yang diidentifikasi sebagai Ali al Graw dan Ismail al Sharif sedang merekam gambar "ratusan orang yang merayakan ketahanan mereka melawan NATO". Seorang korban tewas lainnya disebutkan Ibrahim sebagai pemandu jalan kedua jurnalis tersebut.

Lebih lanjut jurubicara rezim Libya menyebutkan bahwa serangan udara NATO mengenai wadah penampung limbah. Di dekatnya, dikatakan Mussa Ibrahim, biasanya dijadikan tempat berkumpul pendukung Gaddafi dan keluarganya. Ia menyangkal tudingan kompleks itu dilengkapi dengan fasilitas militer dan menunjuk taman di dekat sasaran serangan sebagai "tempat bermain anak-anak". Dilaporkan, jurnalis tidak bisa mengambil gambar atau melihat sama sekali tangga menuju ruangan bawah tanah di dekat lokasi sasaran serangan.

Gaddafi Kembali Tampil di Televisi

Muammar Gaddafi ketika bertemu dengan kepala suku, Rabu (11/05).
Muammar Gaddafi ketika bertemu dengan kepala suku, Rabu (11/05).Foto: dapd

Serangan menjelang fajar di Tripoli itu dilancarkan beberapa jam setelah televisi pemerintah menyiarkan acara pertemuan Gaddafi dengan para kepala suku. Kepada kantor berita AFP, seorang pejabat Libya mengatakan bahwa gambar diambil pada pukul tujuh malam waktu setempat. Rekaman itu merupakan video pertama Gaddafi setelah serangan udara NATO yang menewaskan salah seorang putranya.

Seorang pejabat NATO menyebutkan bahwa serangan udara Kamis pagi (12/05)mengenai kompleks komando dan bunker pengendali. Ditambahkannya, lokasi itu diketahui sebagai fasilitas komando dan pengendali dalam menyusun serangan terhadap warga sipil di Libya.

Kantor berita resmi Libya JANA melaporkan, serangan udara NATO menghancurkan gedung kedubes Korea Utara. Namun seorang saksi mata mengatakan bahwa serangan udara NATO hanya merusakkan bagian kecil jendela. Pemerintah Libya menyatakan, dua warga sipil tewas dan beberapa orang cedera akibat serangan udara NATO tersebut.

Pemberontak Libya Bertemu Tokoh Internasional

Di Washington, Menteri Pertahanan AS Robert Gates menyatakan bahwa serangan udara di Libya menghabiskan dana negara sekitar 750 juta dollar, lebih dari yang dianggarkan Pentagon yaitu 604 juta dollar. Dalam kesempatan terpisah, pemerintah di Washington mengungkapkan rencana pemimpin pemberontak Libya Mahmud Jibril berkunjung ke Gedung Putih, Jumat (13/05).

Dari London dilaporkan pemimpin senior pemberontak Mustafa Abdul Jalil bertemu dengan PM Inggris David Cameron. Dalam jumpa pers di London, Abdul Jalil mengatakan bahwa Gaddafi sebagai panglima militer Libya merupakan "target legitim" pasukan NATO. Abdul Jalil dalam kesempatan yang sama juga meminta bantuan senjata.

Luky Setyarini/rtr/dpa/afp

Editor: Renata Permadi