1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasukan Assad Rebut Kota Tua Aleppo

7 Desember 2016

Pasukan Presiden Basyar al-Assad cetak kemenangan terbesar mereka dalam perang di Suriah. Pasukan pemerintah menolak gencatan senjata dan mendesak pemberontak melarikan diri dari benteng terakhir mereka di Aleppo.

https://p.dw.com/p/2TtMe
Syrien Aleppo
Foto: Getty Images/AFP/AMC/Z. Al-Rifai

Tentara Suriah dan sekutu-sekutunya mereguk kemenangan kunci di Aleppo, Suriah, hari Selasa (6/12). Pasukan Presiden Basyar al-Assad tersebut memukul mundur pasukan pemberontak dari markas terakhir mereka di Kota Tua Aleppo.

Organisasi yang berbasis di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), mengatakan tujuh kabupaten kini diduduki pasukan rezim, termasuk daerah Shaar yang strategis dan "kawasan paling penting di jantung Aleppo timur." Lembaga pengawas itu mengatakan, pemberontak yang sedang dipaksa untuk melawan "perang pengikisan" bersumpah untuk tidak pernah menyerah meski potensi kemenangan semakin berkurang.

Kemudian pada hari Rabu (7/12), SOHR mengumumkan bahwa pasukan pemerintah memang telah merebut kembali semua kota tua, tapi berita tersebut belum dikonfirmasi oleh sumber-sumber dari pihak militer.

Pemberontak kemudian mengusulkan lima hari gencatan senjata "segera" karena mereka telah menyerahkan  wilayah yang mereka andalkan sejak 2012. Kelompok oposisi menyerukan evakuasi 500 warga sipil yang didukung PBB, sebab banyak di antaranya memerlukan perawatan medis yang mendesak. Menurut kantor berita Jerman, DPA, pemerintah Presiden Assad menolak untuk menyerah dan mengatakan "jika mereka tidak meninggalkan tempat, kami akan melanjutkan serangan kami."

Lima Penyebab Pemberontak Aleppo Kalah

AS dan Rusia Saling Tuduh Tarik ulur

Serangan baru yang dilancarkan Assad mengundang kritik internasional berat yang menganggap tindakan itu telah memperburuk krisis kemanusiaan. Puluhan ribu warga kota terperangkap di antara pihak yang bertikai, dan  tidak bisa menerima bantuan makanan yang sangat dibutuhkan atau obat-obatan.

Namun kekuatan Barat yang bertugas hadir dengan rencana perdamaian di Suriah telah terperosok dalam perbedaan pendapat, sehingga menghentikan proses perdamaian.

"Kami telah mencoba untuk menemukan cara untuk mendudukkan kelompok-kelompok bertikai di meja perundingan ... tapi Assad tidak pernah menunjukkan kesediaan tersebut," kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry dalam pertemuan menteri luar negeri NATO di Brussel pada hari Selasa (6/12). AS juga menuduh Moskow dan Beijing mengulur-ulur berakhirnya konflik dengan menolak usulan Dewan Keamanan PBB pada hari Senin (5/12) yang ingin menyerukan gencatan senjata selama tujuh hari.

Di lain pihak, Menlu Rusia Sergei Lavrov, mengatakan Assad telah menyatakan kesediaan untuk membuat kesepakatan untuk mengakhiri perang, dan menuding bahwa resolusi itu merupakan upaya AS untuk membeli waktu bagi untuk kaum pemberontak moderat: "Sepertinya ada upaya untuk mengulur  waktu agar  pemberontak  memiliki nafas, mengambil jeda dan mengisi kembali cadangan mereka," kata Lavrov. Dia menambahkan bahwa meskipun pembicaraan damai telah  direncanakan di Jenewa pekan ini, "diskusi serius dengan mitra Amerika tidak berfungsi."

Menteri luar negeri itu telah memperingatkan bahwa pemberontak akan "dibasmi" , jika mereka menolak untuk menarik semua pasukan mereka dari Aleppo timur. Moskow yang bergabung Damaskus, menolak permohonan para pemberontak 'untuk gencatan senjata.

Merkel: Ambivalensi Barat ini ‘memalukan‘

Berbicara kepada para delegasinya di konferensi Partai Uni Kristen Demokrat (CDU), hari Selasa (6/12), Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut situasi di Aleppo "memalukan", terutama dalam kegagalannya untuk membuat koridor yang aman bagi warga untuk menerima bantuan kemanusiaan atau mengungsi. Dia juga mengecam Rusia yang banyak menyebabkan jatuhnya korban sipil lewat serangan udara dalam upayanya mendukung Assad.

Sementara pasukan pemerintah Suriah memetik salah satu keuntungan yang paling signifikan dari perang yang berlangsung hampir 6 tahun tersebut, puluhan ribu warga Aleppo timur berusaha melarikan diri.

ap/vlz(rtr/afp/dpa)