1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pasca ISAF Keamanan Afghanistan Tak Terjamin

Sven Pöhle26 Desember 2014

Setelah bertugas selama 13 tahun di Afghanistan, semua pasukan tempur NATO akan ditarik seiring pergantian tahun. Bagaimana situasi keamanan pasca penarikan pasukan, masih jadi tanda tanya besar.

https://p.dw.com/p/1EAKN
Bundeswehrsoldat Isaf Afghanistan getötet Soldat Schutztruppe Elitesoldat Symbolbild
Foto: picture-alliance/dpa

Misi "International Security Assistance Force"- ISAF di Afghanistan resmi berakhir seiring pergantian tahun. Sebagian besar pasukan tempur dan peralatan militer sudah ditarik pulang dari kawasan Hindukush yang terus tercabik perang sejak lebih empat dekade terakhir. Neraca dari penugasan pasukan NATO terlama dengan korban paling banyak itu juga sangat memprihatinkan.

Demonstrationen und Solidaritätsbekundung für die afghanische Armee in Kabul, Afghanistan.
Pasukan Afghanistan harus jaga keamanan negara.Foto: DW/H. Sirat

Operasi keamanan militer di Afghanistan dipicu serangan 11 September 2001. Hanya beberapa minggu setelah serangan teror di Amerika Serikat itu, Washington didukung NATO mengirim pasukan ke Afghanistan. Hanya dalam waktu singkat, rezim Taliban runtuh dan Al Qaida lenyap menjadi gerakan teroris bawah tanah.

Saat puncak operasi, dikerahkan lebih 130.000 serdadu dari 50 negara untuk misi memerangi terorisme di kawasan Hindukush. Misi yang didukung mandat PBB itu, terutama bertugas menciptakan stabilitas dan mendorong pembangunan kembali Afghanistan. Juga secara bertahap mendemokratisasikan negara tersebut.

Sekarang, setelah 13 tahun misi NATO, setelah 2011 gembong Al Qaida, Osama bin Laden berhasil ditewaskan di Pakistan oleh pasukan elite Amerika, tidak ada lagi yang berbicara tentang sukses misi tersebut. Yang lebih banyak dibicarakan adalah banyaknya jumlah korban dan gagalnya menciptakan keamanan di Afghanistan.

Sedikitnya 3400 serdadu NATO tewas dalam misi tersebut. Lebih 6.000 polisi dan tentara Afghanistan juga harus kehilangan nyawanya. Sementara kawasan yang berhasil dikuasai kembali oleh Taliban dari hari ke hari makin luas. Pemerintah praktis hanya berkuasa di kawasan ibukota Kabul dan sekitarnya.

Kembalinya kekuatan teror

Afghanistan Polizistin in Herat 27.02.2014
Polisi wanita Afghanistan didikan NATO.Foto: AFP/Getty Images/ Aref Karimi

Pasca penarikan pasukan, semua pihak baik NATO maupun warga Afghanistan mencemaskan kembali berkuasanya kekuatan teror Taliban di negara itu. Indikasinya sudah terlalu banyak dan buktinya amat kuat. Menjelang penarikan seluruh pasukan tempur sekretaris jenderal NATO Jens Stoltenberg menegaskan; "Kami sudah mencapai yang diharapkan". Sambil mengakui, masih adanya tantangan besar yang menghadang.

Target pendidikan pasukan keamanan sebanyak 350.000 polisi dan serdadu, dilaporkan sudah tercapai. Tanggung jawab keamanan secara bertahap sudah diserahkan kepada pasukan negeri. Taliban memang mengalami pukulan berat setelah AS menambah jumlah pasukan tenpurnya 2009 lalu.

Tapi Taliban tidak pernah bisa ditaklukan secara militer. "Negara kami tetap tidak aman," ujar presiden Hamid Karzai saat ia masih berkuasa 2013. Faktanya, serangan Taliban terus dilancarkan setiap hari. Para analis keamanan menilai, misi ISAF selama 13 tahun, samasekali tidak mampu memecahkan masalah utama di Afghanistan.

Kesimpulannya, masa depan Afghanistan tetap tidak jelas. Yang sudah jelas, penugasan bantuan pasukan asing penjaga keamanan pasca penarikan, akan makin sedikit dan makin sedikit lokasi yang bisa diamati. Artinya, tren semacam itu amatlah mencemaskan.