1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Arab Saudi Makin Panas

4 Januari 2016

Setelah Arab Saudi putuskan hubungan diplomatik dengan Iran, situasi makin membara. Aksi kekerasan marak dan beberapa tewas dalam bentrokan. Perkembangan ini dikhawatirkan ancam upaya internasional damaikan Suriah.

https://p.dw.com/p/1HXWQ
Iran, Protest nach Hinrichtung eines Geistlichen
Foto: Fars

Hubungan Iran dan Arab Saudi mencapai titik nadir setelah Riyadh memutuskan hubungan diplomatik menyusul serangan terhadap kedutaannya di Teheran. Serangan tersebut adalah reaksi atas eksekusi mati terhadap salah seorang ulama Syiah oleh Arab Saudi.

Setelah pemutusan hubungan diplomatik, dilaporkan serangan tembakan terhadap polisi di desa Awamiya, tempat kelahiran ulama Syiah Nimr al-Nimr yang diekesusi mati sebelumnya. Sedikitnya seorang warga sipil tewas dan seorang anak terluka. Polisi Arab Saudi menyebut ini serangan teroris. Juga dari Irak dilaporkan aksi kerusuhan serupa.

Saling usir diplomat

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, menyatakan pihaknya memberikan waktu selama 48 jam kepada diplomat Iran untuk hengkang dari negaranya. Semua diplomat Arab Saudi sebelumnya telah dipanggil pulang menyusul amuk massa di gedung kedutaan dan konsulat di Teheran.

Ketegangan teranyar antara kedua negara berawal dari eksekusi mati terhadap Syeikh Nimr al-Nimr yang didakwa lantaran menggalang protes terhadap pemerintah Arab Saudi menuntut persamaan hak untuk minoritas Syiah. Al-Nimr dipancung bersama 46 terpidana lain dengan dakwaan terorisme.

Eskalasi dalam hubungan kedua negara menjadi bukti kebijakan garis keras yang diambil Raja Salman. Selama kekuasaannya sejak Januari 2015 silam, Ia membentuk koalisi multinasional buat mengganyang pemberontak Syiah, Houthi di Yaman.

Arab Saudi juga aktif menentang kesepakatan nuklir antara Iran dan negara anggota Dewan Keamanan PBB yang ditandatangani Oktober silam di Vienna, Austria.

Pemimpin Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mewanti-wanti Arab Saudi atas "pembalasan tuhan" atas pembunuhan Al-Nimr. Sebaliknya Riyadh menuding Iran mendukung "terorisme" di Suriah dan Irak.

Menlu Al-Jubeir juga menuduh Iran memiliki "catatan panjang pelanggaran misi diplomasi luar negeri." Ia merujuk pada pendudukan Kedutaan AS di Teheran, 1979 dan beberapa insiden yang merupakan "pelanggaran terhadap perjanjian internasional."

Infografik Hinrichtungen in Saudi Arabien Englisch

Sebelumnya massa yang berjumlah ribuan menyerang Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran. Mereka melemparkan baru dan bom minyak, serta membakar beberapa ruang di dalam gedung. Sebanyak 40 orang diamankan oleh aparat keamanan.

Retaknya hubungan Arab Saudi dan Iran antara lain membahayakan upaya koalisi internasional mendamaikan Suriah. Washington melalui Jurubicara Kementerian Luar Negeri, John Kirby, mendesak kedua negara untuk "mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan."

rzn/as (ap,dpa,rtr)