1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Nasionalis Salah Satu Pemenang Pemilu Perancis

24 April 2017

Emmanuel Macron dari kubu tengah dan Marine Le Pen yang radikal kanan, maju jadi kandidat presiden berikutnya di Perancis. Setelah dua partai besar tersingkir dalam pemilu putaran pertama, Macron jadi calon favorit.

https://p.dw.com/p/2bmMN
Bildcombo Frankreich Präsidentschaftswahlen Macron Le Pen
Emmanuel Marcron (kiri) dan Nasionalis Marine Le PenFoto: picture-alliance/dpa

Seluruhnya 11 kandidat maju dalam pemilu presiden Perancis putaran pertama yang digelar hari Minggu kemarin. Dua kandidat partai besar yang langgagan memerintah tersingkir di putaran pertama. Emmanuel Macron, kandidat dari partai berhaluan tengah, dan Marine Le Pen dari partai kanan unggul dalam pemilu babak pertama. Macron meraih 23,9% suara, sementara Le Pen raup 21,4% suara.

Dengan begitu Le Pen menggoreskan rekor baru perolehsn suara bagi partainya National Front (FN) dengan memperoleh 6,9 juta suara. Sementara Macron dengan partai barunya "En Marche! (Maju!) juga mencatat rekor, karena tiba-tiba partia yang belum pernah ikut pemilu ini melejit meraup 23,9 persen suara pemilih.

Pemilu presiden kali ini jelas menunjukkan bahwa rakyat Perancis ingin perubahan di negara mereka. Dua partai besar yang biasanya bergiliran berkuasa, yakni Partai Sosialis dan Partai Konservatif, tidak berhasil meraih suara signifikan untuk bisa lolos ke putaran kedua. Kandidat dari Partai Sosialis Benoit Hamon dan Partai Konservatif Francois Fillon langsung menyatakan dukungan mereka bagi Macron.

Partai-partai  "mainstream" kini berusaha menjegal Le Pen dari kubu ekstrem kanan agar tidak menang dalam pemilu putaran dua tanggal 7 Mei, yang hasil finalnya menentukan siapa presiden baru Perancis. Macron mendukung globalisasi dan persatuan Uni Eropa. Sementara Le Pen yang nasionalis kana ingin Perancis keluar dari Uni Eropa.

Maju bersama Macron

Macron dulunya berprofesi sebagai bankir, pernah jadi menteri perekonomian dalam kabinet di bawah Presiden Francois Hollande. Ia kemudian mendirikan partai baru Asosiasi Pembaruan Politik, yang jadi nama resmi Partai "En Marche" alias Maju!  April 2016 silam.

Macron menegaskan partainya bertujuan memperbaiki sistem politik yang tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi Perancis dalam 30 tahun terakhir. Ia berjanji akan membawa wajah baru dan ide-ide segar bagi politik Perancis. Terhadap saingan utamanya dari kubu eksrem kanan Macron menyatakan tegas, ia berniat jadi presiden bagi patriot-patriot negara yang memerangi ancaman nasionalisme.

Le Pen akan batasi imigrasi

Berbicara di depan pendukungnya, Le Pen berterima kasih kepada para pemilihnya, yang torehkan kemenangan bersejarah bagi partainya. Le Pen yang menyebut diri calon rakyat mengatakan, Perancis harus membebaskan diri dari kalangan elit yang medikte rakyat bagaimana mereka harus bersikap.

Le Pen menyerukan referendum untuk menentukan keanggotaan Perancis dalam Uni Eropa. Ia juga menyerukan pembatasan imigrasi, meningkatkan kontrol di perbatasan negara dan mendeportasi ekstrimis Islam.

Jajak pendapat hari Minggu menunjukkan Macron diharap mendapat dukungan lebih besar di putaran kedua. Sejumlah survey menunjukkan Macron pada pemilu putaran dua kemungkinan dapat meraih suara 64% dan Le Pen 36%.

ml/as (rtr, ap)