1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Parlemen Iran Dikuasai Kaum Konservatif

2 Maret 2012

Pemilu parlemen Iran diwarnai persaingan antara kubu Presiden Ahmadinejad dan Ayatolah Khamenei. Kaum reformis memboikot pemilu.

https://p.dw.com/p/14D1c
Foto: dapd

Ada perbedaan besar antara pemilihan parlemen di Iran Jum'at (02/03) ini dengan pemilihan Presiden Iran tiga tahun lalu. Pemilu 2009 diwarnai protes massal yang berakhir penuh kekerasan terhadap oposisi.

Kedua pemimpinnya, Sayed Hossein Moussavi dan Mehdi Karroubi kini menjalani tahanan rumah. Banyak pendukung reformasi yang ditangkap atau akhirnya, menjalani eksil. Salah seorang diantaranya, Reza Alijani memantau terus perkembangan pemilu.

Iran Wahlen 02.03.2012
Foto: dapd

Tuturnya, "berbagai pemilu parlemen lampau menunjukkan persaingan besar antar kubu. Pada pemilihan parlemen ini, kelompok oposisi banyak yang tak berpartisipasi, antara lain karena dipenjara“. Tambahnya, "mereka yang tertinggal, hampir tak berpengaruh pada perkembangan politik.“

Pemilu Diboikot

Kelompok oposisi yang tersisa, menautkan partisipasinya dengan sederetan persyaratan: pencabutan status tahanan rumah para pemimpin oposisi, pembebasan tahanan politik, dijaminnya keterbukaan bagi media dan partai, dan terutama, bahwa pemilu diselenggarakan secara adil dan bersih. Tanpa itu, kaum oposisi di Iran memboikot pemilu.

Iran Wahlen 02.03.2012
Foto: Reuters

Boikot bukan satu-satunya ciri pemilu di Iran. Tanpa saingan dari kaum reformis, kelompok-kelompok konservatif dengan berbagai posisi semakin menggebu angkat suara. Di Teheran saja, para kandidat dari kubu konservatif menguasai delapan kawasan pemilihan.

Namun hanya dua kubu yang menentukan arah politik Iran ke depan, yakni kubu pendukung Ayatollah Sayed Ali Khamenei dan pendukung Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Kerenggangan antara Ahmadinejad yang populis dengan pemimpin spiritual Iran Khamenei sudah tampak sejak pemilu 2009. Pemecatan Menteri Intelijen Moslehi awal 2011 oleh Ahmadinejad merupakan pukulan keras bagi Khamenei, yang langsung dijawab dengan pengukuhan kembali Moslehi dalam kabinet oleh Khamenei.

Adu Kekuatan

Pembentukan parlemen baru tak akan menutup peluang untuk mengadu kekuatan. Salah satunya bisa dimainkan para pendukung Muhammad Khatami, yang sejak lama berulang kali mengancam akan menggulirkan mosi tidak percaya terhadap Ahmadinejad.

Sanksi internasional terhadap Iran sehubungan program nuklirnya, serta kemungkinan terjadinya konfrontasi senjata, juga merupakan tema sensitif di parlemen. Legitimasi para pemimpin Iran sangat bergantung pada dukungan yang diraih lewat pemilu.

Iran Parlamentswahlen
Foto: Mehr

Dua pekan lalu, Ayatollah Sayed Ali Khamenei menyerukan agar rakyat Iran memberikan suaranya pada pemilu. Ia tegaskan, "kesertaan rakyat dalam pemilu bisa mendorong maju negara, dan melindunginya dari musuh yang ingin mendorongya kembali dalam keterbelakangan.“

Sementara kaum reformis terus menyerukan agar rakyat juga memboikot pemilu. Awal Januari lalu, Mehdi Khasali yang kini juga mendekam dipenjara mengatakan kepada DW, "pada 2 Maret, Teheran akan mirip kota hantu yang sepi“.

Apakah prediksi itu menjadi kenyataan? Yang bisa dipastikan, hanyalah bahwa kaum konservatif semakin berkuasa di Iran.

Autor: Shahram Ahadi / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra PAsuhuk