1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pakistan dan Ekstremisme

Shamil Shams2 Mei 2013

Dua tahun lalu pasukan elit AS membunuh Osama Bin Laden di Pakistan. Militer Pakistan saat itu dituduh punya hubungan dengan jaringan ekstremisme.

https://p.dw.com/p/18QbW
Supporters of Pakistan's religious party Jamiat Ulema-e-Islam burn US flag at a rally in Quetta, Pakistan, May 2, 2012. (Foto:Arshad Butt/AP/dapd)
Protes Pakistan QuettaFoto: AP

Banyak pihak yang meragukan keseriusan Pakistan menghadapi jaringan teror seperti Taliban dan Al Qaeda. Dinas rahasia militer ISI sering dituduh mendukung kegiatan gerakan militan. Tuduhan ini makin lantang, setelah pasukan elit Amerika Serikat menyerang persembunyian Osama bin Laden di Abbottabad.

Bagaimana Osama bisa bersembunyi selama bertahun-tahun di Pakistan? Tempat persembunyiannya terletak dekat dengan sebuah markas militer. Apa yang dilakukan dinas rahasia selama ini?

Sejak kematian Osama bin Laden, politik ISI tidak banyak berubah, kata pengamat politik Matt Waldman dari Universitas Harvard kepada Deutsche Welle. ”Kelompok Taliban di Afghanistan sekarang bisa dikatakan makin kuat. Jumlah serangan terhadap pasukan Afghanistan dan NATO tahun 2012 dua kali lebih tinggi dibanding tahun 2008.“

Kelompok Taliban makin kuat karena mereka punya jaringan pendukung yang luas di Pakistan, papar Waldman selanjutnya. „Persembunyian di Pakistan ini jadi tempat untuk mempersiapkan serangan, tempat pelatihan dan rekrutmen anggota baru, dan tempat persiapan logistik.”

Rivalitas Dengan India

Pengamat Asia Emrys Shoemaker dari London School of Economics punya pandangan serupa. “Semua indikasi menunjukkan bahwa memang ada bagian militer Pakistan yang tetap mendukung Taliban.” Menurut Shoemaker, pimpinan Pakistan tidak punya posisi yang tegas terhadap Taliban. Ada beberapa kepentingan yang saling bertolak belakang. Ada juga jajaran pimpinan Pakistan yang tidak mau mendukung Pakistan.

Menurut Matt Waldmann, sikap Pakistan ditentukan oleh persaingan kekuatan di kawasan itu. Pakistan merasa terancam karena pengaruh India di Afghanistan makin besar. Selama situasinya seperti ini, Pakistan tetap akan mendukung Taliban.

Pengamat politik Siegfried Wolf dari Universitas Heidelberg, Jerman juga melihat rivalitas antara Pakistan dan India sebagai motivasi utama. ”Sebagian dari militer Pakistan melihat Taliban sebagai instrumen strategis untuk menghadapi pengaruh India di Afghanistan.” Tapi Wolf juga melihat upaya Pakistan memperbaiki hubungannya dengan Afghanistan. Sekarang ada pendekatan kedua negara untuk melakukan kerjasama di bidang keamanan.

Peran Pakistan di Afghanistan

Para pengamat sepakat, situasi keamanan di Afghanistan hanya bisa membaik dengan melibatkan Pakistan. ”Washington dan Kabul sekarang ingin berunding dengan Taliban mengenai masa depan setelah pasukan NATO ditarik. Tapi mereka tidak ingin melibatkan Pakistan”, kata Naeem Ahmed, Profesor Hubungan Internasional di Universitas Karachi.

Menurut Naeem Ahmed, sikap Amerika dan Afghanistan hanya akan mendorong Pakistan tetap mendukung kelompok ekstremis. Inilah hambatan terbesar dalam hubungan antara Amerika Serikat dan Pakistan. Situasi keamanan tidak akan berubah tanpa melibatkan Pakistan dalam perundingan.

Para pengamat berpendapat, tidak ada pemerintahan di Kabul yang bisa bertahan tanpa dukungan dari Islamabad. Ini adalah pelajaran dari masa lalu, demikian ujar jurnalis Pakistan Nasir Tufail. ”Pakistan bisa mendukung gerakan perlawanan di Afghanistan, jika kepentingannya tidak dipenuhi. Ini perkembangan yang tidak baik bagi Afghanistan.”