1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pagelaran Tari – Beautiful Things

9 Oktober 2009

Padmini Chettur, koreografer kontroversial India kembali menggelar kreasi terbarunya. Kali ini tariannya mengisi pertunjukan Pekan Asia Pasifik yang berlangsung di Berlin.

https://p.dw.com/p/K37f
Padmini Chettur dalam pentasnya di Pekan Asia PasifikFoto: Sanjiv Burman / DW

Lbih dari satu jam penonton menikmati tarian modern yang banyak mendapat sentuhan budaya Bharatantyam. Perbaduan keindahan gerakan tubuh dan kata-kata.

Enam penari berbalut busana warna-warni meliuk perlahan. Memadukan gaya tarian India, Bharatantyam dengan tarian kontempoter. Bunyi-bunyian efek suara berdetak mengiringi langkah dan gerak mereka. Kadang, terdengar satu demi satu mereka menyebutkan kosa-kosa kata sambil menari, yang menandai gerakan tubuh. Tarian berjudul “Beautiful Things” ini menjadi highlight dalam Pekan Asia Pasifik Tahun ini. Menunjukan keindahan gerakan, yang seolah melawan keterburu-buruan dan kecepatan dalam kehidupan nyata.

Seorang pengunjung Dennis Laurence menunjukan kepuasannya menikmati tarian itu.Ia berujar bukan pertama kalinya ia menonton tarian serupa, dengan judul berbeda, "ni merupakan pertunjukan yang sensitif namun memesona. Di sisi lain memang terlihat sangat keras dan di luar kebiasaan. Namun sangat menarik saya rasa, bagaimana mereka menggerakan tubuh, dengan ketrampilan dan ritme yang istimewa.“

Namun pengunjung lainnya Sabine Ulk mengungkapkan kekecewaannya, "Menurut saya, pada awal pertunjukan gerakannya cukup intensif. Sehingga benar-benar saya bisa meresapai. Tapi pada bagian menuju akhir saya tak lagi dapat merasakan apa-apa karena gerakannya statis meski musiknya masih bergemuruh, pertunjukannya terlalu lama.“

Padmini Chettur, salah seorang dari enam penari sekaligus koreografer dalam pagelaran kali ini menyadari hal tersebut. "Saya mencari momen ketenangan dan menciptakan keheningan. Saya memerlukannya terus dalam karya saya. Meski saya tahu mungkin ini terlalu lambat gerakannya bagi penonton Jerman.“

Chettur merupakan koreografer kontroversial di India. Ia sering menerima kritik pedas dari kubu konservatif karena dianggap sangat menabrakan secara terbuka budaya tradisional dan sulit dipahami.

Sejak kecil, sepuluh tahun lamanya ia mempelajari tarian klasik Bharatanatyam, yang berasal dari India Selatan sejak dua abad lalu. Kemudian perempuan yang lahir tahun 1970 itu memodifikasikan tarian dengan gesturnya sendiri. Proyek tari besar pertamanya berjudul Kerapuhan tahun 2001. Pertunjukan yang memperlihatkan kehidupan penuh serangan atau luka serta menjauhkan gambaran kesempurnaan dan kecantikan dalam tarian. Kosa kata dikeluarkan dalam tarian sebagai gaya khasnya -selain untuk mengurangi keabstrakan - juga untuk menunjukan sikap menantang tubuh sendiri dalam bergerak.

Ini merupakan hasil risetnya yang berusaha juga untuk mencari momen, diimana penonton menahan nafas saat menonton pertunjukannya. Seperti pertunjukan kali ini ini pula di ajang Pekan Asia Pasifik. Kadang penari menghantarkan keheningan tanpa suara dan gerakan. Terakhir dengan pelan mereka menurunkan tubuh hingga menyentuh lantai dan telungkup tergeletak di lantai kayu pertunjukan dengan tenang. Tepuk tangan bergemuruh menutup pagelaran.

Ayu Purwaningsih

Editor: Yuniman Farid