1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pabrik Pemasok Apple Diperiksa

Renata Permadi15 Februari 2012

Apple meminta organisasi independen untuk memeriksa kondisi kerja di pabrik pemasoknya di Cina. Sejumlah LSM menilai langkah itu diambil hanya untuk meredakan kritik.

https://p.dw.com/p/143l8
iPad 2Foto: AP

Mewah dan fungsional, demikian citra produk-produk Apple. Namun para pengkritik menuduh Apple membiarkan produk-produknya dibuat di Cina dalam kondisi kerja yang tak manusiawi. Terutama pemasok terbesar Apple, perusahaan Taiwan Foxconn, sejak dulu dihujani kritik. Dengan pekerja sebanyak 1 juta orang, Foxconn termasuk produsen elektronik dan komputer terbear di dunia yang juga memasok untuk Intel, Dell dan HP. Di dalam kompleks pabrik raksasa di Cina, tercatat sedikitnya 14 pekerja Foxconn bunuh diri dalam beberapa tahun terakhir. Juga kecelakan berat dan ledakan.

Apple mengumumkan awal pekan ini bahwa kondisi kerja di pabrik-pabrik pemasoknya akan diperiksa oleh organisasi "Fair Labor Association" (FLA). "Kami percaya, bahwa pekerja dimanapun berhak atas lingkungan kerja yang aman dan adil," kata pemimpin Apple Tim Cook dalam konferensi pers.

Sejak 2007 Apple memeriksa sendiri kondisi kerja di pabrik-pabrik pemasok. Tetapi pemeriksaan tahunan ini tidak transparan. Nama pemasok tidak diumumkan, perbaikan kondisi kerja tidak dicek ulang. Kini, Apple untuk pertama kalinya menugaskan organisasi dari luar. Menurut Apple, para pemasok secara suka rela bersedia diperiksa. Hasil komplit dan nama-nama pemasok akan dipublikasikan.

Pura-pura

Geoffrey Crothall dari organisasi China Labor Bulletin menyebut tindakan Apple hanya untuk meredakan kritik. "Hanya pura-pura. Tidak penting apakah Apple memeriksa sendiri atau menugaskan orang lain. Pemeriksaan begini bukan metode efektif untuk memperbaiki kondisi kerja di pabrik-pabrik di Cina. Perusahaan yang diperiksa tahu bagaimana menampilkan gambaran terbaik jika para pemeriksa datang", kata Crothall.

Kerjasama dengan Fair Labor Association juga dikritik. Aktivis HAM menilai organsiasi itu tidak independen. Selain wakil dari universitas dan LSM, dalam badan pengurus juga duduk wakil dari perusahaan seperti Nike atau Hanes yang sudah banyak dihujani kritik karena kondisi kerja yang buruk di negara-negara berkembang.

Aktivis Debby Chan dari organisasi yang berkedudukan di Hongkokng, "Students and Scholars against Corporate Missbehaviour" (SACOM) menilai, kontrol yang diumumkan Apple hanyalah langkah pertama. Paling tidak, Apple kini bereaksi terhadap tekanan publik, kata Chan. "Dua tahun lalu tak ada seorangpun yang bertanya dalam kondisi kerja seperti apa produk Apple dibuat? Tapi kini semakin banyak konsumen yang sadar akan buruknya kondisi kerja di pemasok Apple."

Sudah lama tahu

SACOM sudah beberapa kali memeriksa kondisi kerja di pabrik-pabrik pemasok terbesar Apple, termasuk Foxconn. Dari pemeriksaan diketahui, banyak buruh harus bekerja 12 jam sehari, kebanyakan sambil berdiri. Lembur tidak dibayar, peraturan tentang perlindungan bagi buruh diabaikan.

Kontrol yang diumumkan Apple kini bukan lagi hal mendesak, kata Debby Chan. "Masalahnya sudah lama diketahui, dan Apple paham akan hal itu. Apple wajib menyelesaikan masalah ini. Kita harus menunggu hasilnya. Saya masih ragu apakah hal ini betul-betul langkah yang menjanjikan."

Sejak hari Senin, petugas dari Fair Labor Association disebarkan ke pabrik-pabrik pemasok. Mereka akan menanyai ribuan pekerja tentang kondisi kerja dan hidup merekea, juga tentang kesehatan, perlindungan kerja dan lembur, terang Apple. Konsekuensi apa yang akan diambil dari hasil pemeriksaan, tak dijelaskan oleh perusahaan raksasa itu.

Christoph Ricking/ Renata Permadi

Editor: Andy Budiman