1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Rebut Kekuasaan di Kirgistan

8 April 2010

Setelah kerusuhan berdarah hari Rabu kemarin (07/04) Presiden Kirgistan Kurmanbek Bakijev meninggalkan ibukota Bishkek. Pihak oposisi membentuk pemerintahan sementara. Situasi masih simpang siur.

https://p.dw.com/p/MqDp
Pemrotes kibarkan bendera Kirgistan di BishkekFoto: AP

Mengenai keberadaan presiden Kurmandek Bakijev masih muncul berbagai spekulasi Ada yang menduga Bakijev sudah lari ke luar negeri. Yang lainnya menyebut ia berada di bagian selatan Kirgistan, dimana ia memiliki banyak pendukung.

Di Bishkek, pimpinan oposisi mengambil alih kekuasaan. Mantan Menteri Luar Negeri Rosa Otunbajeva menyatakan ia memimpin pemerintahan sementara yang terdiri dari tokoh oposisi terkemuka. Dalam waktu dekat akan diselenggarakan pemilihan presiden yang baru. Tapi sebelumnya harus direbut kembali kepercayaan dari warga.

"Situasi di dalam negeri sangat pelik. Pemerintahan yang lama atas keinginannya sendiri menyatakan mengundurkan diri. Masih belum jelas dimana Presiden berada. Pemerintahan sementara hari ini memulai tugasnya. Kami menyerukan pihak militer untuk tidak melakukan tindak kekerasan. Juga kepada para warga kami serukan agar tidak melakukan perusakan," kata Otonbajeva.

Masih perlu waktu untuk dapat menciptakan kembali situasi yang normal di Bishkek. Koresponden pemancar televisi Jerman ARD Frank Aischmann yang saat ini berada di Ibukota Bischkek menggambarkan situasi yang mencekam. "Di malam hari masih terdengar suara tembakan dan ledakan. Gedung- gedung dijarah dan dibakar. Gedung kejaksaan agung terbakar habis. Pagi hari situasi dan lalu lintas kembali normal. Tapi apa yang tersembunyi dibaliknya serta bagaimana perkembangan politik yang terjadi tidak diketahui".

Pihak militer yang menggunakan tindak kekerasan dalam menghadapi para demonstran hari Rabu kemarin sekarang menarik diri. Kapan ketertiban kembali dapat dipulihkan, saat ini masih dipertanyakan. Menurut koresponden stasiun TV Jerman ARD, Frank Aischman, ia tidak melihat seorang polisi pun di pusat kota Bihkek.

Dalam bentrokan antara polisi dan para demonstran hari Rabu kemarin, sekurangnya 65 orang tewas, dan lebih dari 500 orang lainnya luka-luka. Demikian menurut keterangan pihak berwajib. Pihak oposisi menyebut jumlah korban yang lebih besar dari yang diungkapkan secara resmi. Rumah sakit di Ibukota Bishkek penuh sesak. Korban luka-luka digeletakkan di lorong-lorong rumah sakit. Para dokter kewalahan menanganinya. "Kami tidak mampu menanganinya. Banyaka korban yang tewas dan luka-luka," ungkap seorang dokter.

Stefan Laack/Asril Ridwan

Editor: Ayu Purwaningsih