1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Inginkan 'Strategi Keluar dari Afghanistan'

23 Maret 2009

Terlepas dari semua rencana strategi baru bagi Afghanistan, Presiden AS Obama tidak menepis kemungkinan penarikan pasukan AS dari negara di Hindukush itu.

https://p.dw.com/p/HHzR
Barack Obama dan Presiden Afghanistan Hamid Karsai (kanan) di Kabul 2008Foto: AP

Kepada pemancar televisi CBS dalam program "60 Minutes" hari Minggu (21/03) Obama mengaku, AS perlu strategi untuk keluar dari Afghanistan.

Perang di Afghanistan lagat-lagatnya akan merupakan tema utama yang akan dibahas Presiden AS Barack Obama dan aliansinya dalam pertemuan puncak pakta militer Atlantik NATO, awal April mendatang di Straßburg. Presiden Obama sebelumnya sudah mengakui bahwa AS saat ini tidak akan dapat menang dalam perang di Afghanistan. Sebelumnya ia telah memutuskan untuk menambah jumlah tentaranya sekitar 17. 000 personel. Jumlah ini diharapkan dapat mendukung sekitar 38. 000 serdadu Amerika yang sudah ditugaskan di Afghanistan untuk menghadapi pemberontakan kelompok radikal Taliban.

Dalam sebuah wawancara dengan pemancar televisi CBS hari Minggu (22/03), Presiden Obama mengungkapkan, pengembangan ekonomi harus diutamakan, dan hanya kekuatan militer saja tidak akan memenangkan perang Afghanistan. Ia juga mengutip para analis ynag mengatakan, dialog dengan Taliban sangat penting dan penolakan negosiasi dengan kelompok ini hanya akan berujung dengan pemberontakan Taliban. Selanjutnya Obama menegaskan, tidak boleh ada persangkaan bahwa AS untuk selamanya melibatkan diri dalam konflik di Afghanistan:

"Yang kita cari adalah strategi meluas dan ini harus merupakan sebuah strategi keluar. Harus dapat menimbulkan kesan bahwa ini tidak merupakan keterlibatan selamanya. Afghanistan tidak akan menjadi lebih mudah. Dalam banyak hal. Ini bukan perkiraan saya. Ini adalah pendapat dari para komandan di lapangan."

Karsai und Holbrooke
Holbrooke (kiri) dan KarsaiFoto: AP

AS ingin tingkatkan koordinasi kerjasama dengan aliansinya

Wawancara Presiden AS Barack Obama itu merupakan gambaran awal dari hasil kebijakan baru negara adidaya itu bagi Afghanistan dan Pakistan yang akan diimplementasikan dalam waktu dekat. Pihak terkait mengatakan, perubahan kebijakan itu mencakup peningkatan koordinasi kerjasama dengan aliansi. Hari Senin (23/03) di Brussel, utusan khusus AS bagi Afghanistan dan Pakistan, Richard Holbrooke bertemu dengan Sekretaris Jenderal NATO Jaap de Hoop Scheffer sebelum melakukan pertemuan dengan ke-26 negara anggota NATO.

Kepada BBC, Holbrooke mengatakan, tanpa stabilisasi wilayah yang dikuasai suku di barat Pakistan, Afghanistan tidak mungkin stabil. Pakistan dan Afghanistan harus disikapi bersamaan:

"Anda bisa saja punya pemerintahan terbagus di dunia di Kabul. Tapi jika situasi di wilayah kesukuan di barat Pakistan sama seperti saat ini, anda tidak akan menemukan stabilisasi di Afghanistan. Ini merupakan pesan utama yang ingin kami tangani. Kami tidak dapat memisahkan Afghanistan dari Pakistan."

AS dan kekuatan lainnya harus mendukung Pakistan demi Afghanistan

Selanjutnya utusan khusus AS, Holbrooke mengutarakan, situasi di wilayah kesukuan semakin memburuk:

"Kekuatan luar termasuk AS, Inggris, PBB dan lainnya punya pengaruh di Pakistan. Hingga kini kekuatan itu tidak digunakan semestinya, Dan saya harap, ke depan, ini akan berubah karena kita harus mendukung warga Pakistan untuk melakukan segala upaya yang ada untuk menyelesaikan masalah ini."

Sementara itu, sejumlah analis berpendapat, Washington harus melakukan dialog dengan kelompok Taliban. Hal ini juga telah disinggung Presiden Obama dan Wapres Joe Biden baru-baru ini. (cs)