1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Akhirnya Serius Hadapi Isu Iklim

Michael Knigge4 Agustus 2015

Regulasi iklim yang dicetuskan Barack Obama tidak akan mengubah perekonomian AS dalam semalam. Namun begitu terobosan tersebut memiliki nilai simbolis buat politik di dalam dan luar negeri. Tajuk Michael Knigge.

https://p.dw.com/p/1G9Td
Klimaziele Rauch des Kohlekraftwerkes
Foto: picture-alliance/dpa/J. Lo Scalzo

Secara retorika perubahan iklim sudah menjadi agenda utama Barack Obama sejak masa kampanye 2008 silam. Tapi setibanya di Gedung Putih, ia melewatkan kesempatan historis saat KTT Iklim di Kopenhagen dan menghabiskan masa jabatan pertamanya tanpa terobosan berarti.

Konferensi di Paris Desember mendatang adalah kesempatan terakhir untuk menyelamatkan Bumi dari pemanasan global yang kian mendekat. Maka rencana energi bersih yang digagas Obama akan menjadi misi penghabisan untuk menepati janji kampanyenya tujuh tahun lalu.

RUU yang baru untuk pertamakalinya menyebut Karbondioksida sebagai polusi dan membatasi emisi karbon untuk setiap pembangkit listrik di seluruh penjuru negeri. Bersamanya Amerika Serikat bisa mengurangi 32 persen emisi karbon dari level 2005 pada tahun 2030.

Berbagai Regulasi Baru

Harus diakui, dengan resesi dan meledaknya industri fracking yang membuat murah harga gas alam, banyak negara bagian di AS yang berhasil mereduksi emisi tanpa Undang-undang yang baru. Terlebih, rencana pembangkit bersih ala Obama cuma akan berdampak minim pada jumlah gas rumah kaca yang diproduksi AS setiap tahunnya.

Sebab itu pemerintahan Obama baru-baru ini mengusulkan standar efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi buat kendaraan berat seperti truk dan traktor. Konsumsi energi buat rumah tangga juga harus memenuhi standar efisiensi yang ketat.

Satu regulasi saja tidak akan mampu mencatat pengurangan signifikan pada emisi karbon Amerika Serikat. Tapi jika digabung, RUU tersebut akan mampu memangkas jejak karbon negeri paman sam itu.

Nilai Simbolis

Rencana Pembangkit Bersih memang tidak akan mengurangi emisi karbon AS secara signifikan, tetapi regulasi tersebut mengemban nilai simbolis.

Pertama, karena aturan baru itu membidik perusahaan energi terbesar dan memaksa mereka memikirkan ulang strategi bisnisnya. Kedua, rencana tersebut menempatkan agenda iklim kembali ke panggung politik jelang pemilu kepresidenan tahun depan.

Dan ketiga, dengan menelurkan upaya paling ambisius untuk mereduksi emisi karbon, kekuatan ekonomi terbesar dan penyumbang emisi terbesar kedua di dunia itu menjadi contoh buat negara lain jelang KTT Iklim di Paris. Cina, India dan Uni Eropa kini harus memberikan perhatian serius terhadap komitmen lingkungannya.