1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NU Desak Pemerintah Tutup Situs Radikal

29 September 2011

Dua serangan bom bunuh diri terakhir di Cirebon dan Solo, memicu desakan pemblokiran situs radikal. Dalam kedua kasus itu, pelaku serangan diduga terinspirasi situs radikal yang berisi ajakan jihad.

https://p.dw.com/p/12j32
Symbolbild Flagge Terrorismus Indonesien ---DW-Grafik: Rebekka Drobbe 2010_07_28
Teroris sebar ideologi lewat internet

Organisasi Islam terbesar Nahdatul Ulama atau NU, mendesak pemerintah segere menyensor situs di internet yang berisi ajaran radikal. Permintaan ini disampaikan ketua Pengurus Besar NU, Said Aqil Siradj yang khawatir situs seperti ini akan mempengaruhi anak muda untuk melakukan aksi terorisme. Said Aqil, menyebut contoh pelaku bom bunuh diri di Solo, yang sebelum melakukan aksinya terlebih dulu mengakses situs berisi ajakan jihad di internet. Said Aqil minta Menkominfo Tifatul Sembiring tak hanya menutup situs porno tapi juga situs-situs yang berisi ajakan melakukan kekerasan atas nama agama.

Tapi, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring berpendapat, aksi terorisme bukan dipicu oleh keberadaan situs internet radikal berisi ajakan jihad. Meski, Tifatul mengaku telah memblokir ratusan situs radikal berdasarkan aduan  masyarakat.“Laporan masyarakat terhadap situs yang sifatnya  radikal dan mengajarkan kebencian, itu sudah masuk 900an laporan. Setelah kami teliti 300 situs sudah kami blokir. Jadi sudah ada tindakan tindakan bukan kami diamkan begitu. Cuma saya ingin menyatakan bahwa klasifikasinya harus jelas”  kata Tifatul Sembiring.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT mencatat, ada puluhan situs internet radikal yang secara demonstratif  digunakan untuk kampanye oleh kelompok-kelompok teroris di Asia Tenggara, dan sebagain besar pengunjungnya adalah warga Indonesia.  Peneliti masalah  Terorisme dari  Internasional Crisis Group Sidney Jones berpendapat situs internet, bukan satu-satunya penyebab orang menjadi radikal. Terorisme, kata Sidney, muncul karena adanya jaringan. Sidney menyebut ada sekitar 60 situs berisi ajakan jihad di internet.

Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo pun menganggap langkah pemblokiran  situs radikal  bukan jalan terbaik mencegah terorisme.  Ia  mengingatkan pemerintah  untuk berhati-hati merespon isu ini. Agus mengatakan, pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam memutuskan masalah ini agar tidak melanggar prinsip kebebasan informasi. 

Zaki Amrullah

Editor: Andy Budiman