1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nigeria Tidak Menyangka Warganya Teroris

30 Desember 2009

Pria Nigeria yang mencoba meledakkan pesawat di Detroit menuntut ilmu di sekolah ternama dan hidup dalam kemewahan. Di tanah airnya orang bertanya-tanya, mengapa ia bersedia melakukan serangan bunuh diri.

https://p.dw.com/p/LHGL
Umar Farouk AbdulmutallabFoto: AP

Di seluruh Nigeria serangan teror yang gagal di AS ditanggapi dengan reaksi sama. Orang-orang terkejut, bahwa seorang warga Nigeria telah bergabung dengan terorisme internasional. Di samping itu, organ-organ keamanan negara mendapat kritik tajam. Ayahnya telah memberikan mereka peringatan beberapa pekan lalu, namun Umar Faruk Abdulmutallab tetap saja dapat meninggalkan Nigeria lewat lapangan terbang Lagos.

Komentator kenamaan dari Nigeria utara Aliyu Tilde mengatakan, selama ini ia tidak dapat membayangkan, ada teroris Islam yang berasal dari Nigeria. Ia berkata, "Kami orang-orang yang pendamai. Islam yang ada di sini sama sekali tidak bersifat meneror. Oleh sebab itu saya sangat kaget, bahwa orang seperti dia dapat melakukan hal seperti itu."

Tidak Hidup di Nigeria

Nigeria Airline Anschlag
Rumah Alhaji Umar Abdulmutallab, ayah Umar Farouk di Funtua, Nigeria. Rumah itu hanya didiami jika ada upacara pernikahan. Sedang keluarganya tinggal di Kaduna, Abuja atau luar negeri.Foto: AP

Kerabat dan kenalan keluarga Umar Faruk serta wakil umat Islam di Nigeria mengatakan, ia sudah bertahun-tahun tidak hidup di Nigeria lagi. Hussain Zakariya, dari persatuan ulama Nigeria menambahkan, dari sekolah dasar hingga universitas Umar Faruk menuntut ilmu di luar negeri. Ia masuk sekolah-sekolah Inggris dan berkuliah di London. Jadi ia tidak mungkin membangun hubungan dengan ulama dan organisasi Islam di Nigeria.

Analis politik Aliyu Tilde menekankan, Umar Faruk Abdulmutallab punya banyak persamaan dengan pelaku serangan lainnya yang anggota Al Kaida. Pelaku serangan 11 September di AS juga berasal dari keluarga kaya, seperti halnya Osama Bin Laden. Sebagian besar teroris dalam jaringan teror Al Kaida telah lama hidup di negara-negara Barat dan direkrut di sana. Aliyu Tilde berkomentar, teror dari orang-orang fundamentalis Islam rupanya lahir dari kekayaan dan bukan dari kesengsaraan.

Kelompok-kelompok radikal Islam di Nigeria tidak punya hubungan dengan terorisme internasional, demikian Tilde. "Di Nigeria kelompok-kelompok itu tidak mempropagandakan kekerasan. Itulah bedanya mereka dengan kelompok teroris internasional. Dan masalah kekerasan adalah kriteria paling penting yang menyebabkan keresahan di Barat."

Kekerasan di Nigeria

Nigeria Maiduguri
Markas besar "Boko Haram" di Maiduguri yang dihancurkan militer (30/07/09) Sekte itu dilaporkan menyebarkan kekerasan di Nigeria utara.Foto: picture-alliance/ dpa

Tetapi kekerasan dalam kebudayaan politik dan agama di Nigeria bukanlah sesuatu yang asing. Baru beberapa bulan lalu terjadi bentrokan antara kelompok fundamentalis Islam “Boko Haram” dengan aparat keamanan. Tilde tidak sependapat dan berargumentasi, beberapa anggota sekte "Boko Haram" sebelumnya ditewaskan polisi, sehingga kekerasan yang terjadi hanya merupakan reaksinya. Tetapi pengamat lain punya pendapat berbeda. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok-kelompok yang dikendalikan dari Arab Saudi dan Iran semakin aktif di Nigeria. Sedangkan aliran-aliran Islam Nigeria yang moderat dan toleran semakin terdesak.

Yang jelas, kekerasan bermotif religius di Nigeria biasanya diarahkan terhadap aparat keamanan atau kelompok agama lainnya. Sementara serangan teror dengan latar belakang agama sampai sekarang belum pernah terjadi. Dulu di masa kekuasaan militer, bom biasanya dikirimkan dinas rahasia kepada pengritik rejim. Sekarangpun, orang Nigeria pertama-tama mencurigai aparat keamanannya sendiri, jika, seperti beberapa waktu lalu di Lagos, sebuah bom dikirimkan ke stasiun televisi.

Thomas Mösch / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk