1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Netanyahu Bermanuver Hina Obama

3 Maret 2015

Provokasi yang dilancarkan PM Israel Netanyahu terhadap politik Iran dari Obama dipandang sebagai manuver yang menghina presiden AS itu. Banyak warga Israel mencemaskan situasi yang makin tegang dengan Amerika.

https://p.dw.com/p/1EkB2
Benjamin Netanjahu bei Barack Obama Washington 01.10.2014
Foto: Reuters/Kevin Lamarque

Haluan konfrontatif dari PM Israel Benjamin Netanyahu terhadap Presiden Amerika Serikat Barack Obama serta ketegangan hubungan diplomatik yang muncul karenanya, menjadi sorotan tajam dalam komentar sejumlah harian internasional. Dengan manuver politiknya yang melecehkan haluan politik Iran dari Obama menjelang pidato yang kontroversial di depan Kongres, Netanyahu menuai banyak kritikan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah melewati batasan sebuah provokasi terbuka terhadap Barack Obama, denganm mengritik politik pendekatan hati-hatinya terhadap Iran. Demikian komentar harian Jerman Handelsblatt yang terbit di Düsseldorf. Netanyahu menyerang politik dalam negeri Presiden Obama seolah-olah dia adalah Senator Partai Republik dari negara bagian Yerusalem. Program atom Iran kini menjadi duri dalam daging dalam hubungan Israel dan Amerika. Netanyahu melihat ada ancaman eksistensial dari Iran terhadap negaranya. Juga Obama tidak mau Iran jadi negara yang memiliki senjata nuklir. Tapi sengketa meledak, terkait pertanyaan bagaimana mencegah Teheran menjadi salah satu negara adi daya atom. Obama memilih jalan dialog, sementara Netanyahu memilih cara konfrontasi.

Harian Jerman lainnya Die Welt yang terbit di Berlin dalam komentarnya menulis: Netanyahu kelihatannya kurang cerdik, karena sebagai mitra yang lemah hendak menantang Obama yang ibaratnya penguasa sedunia, lewat pidatonya di depan Kongres. Juga Netanyahu kelihatan hendak melupakan realita, bahwa dukungan Amerika Serikat saat ini tidak lagi sebesar masa-masa sebelumnya. Untungnya, Amerika terletak cukup jauh dari sikap Israel yang plin-plan dan curang yang kerapkali harus dihadapi pemerintahan di Eropa. Tapi Amerika juga akan segera menyadarinya. Jadi, bukanlah gagasan yang bagus, jika Netanyahu kini secara membabi buta hendak mempercepat perkembangan ini di Amerika.

Harian Austria Die Presse yang terbit di Wina juga menulis komentar tajam serupa. Netanyahu tidak belajar dari pengalaman. 25 tahun lalu, Menteri Luar Negeri AS James Baker untuk sementara menetapkan Benjamin Netanyahu, yang ketika itu wakil menteri luar negeri Israel, sebagai persona non grata - orang yang tidak diinginkan Amerika, gara-gara kritiknya yang ngawur. Sekarang, Netanyahu yang sedang mendapat tekanan di dalam negeri Israel dan menghadapi masalah keluarga, meyakini bahwa taktik propaganda akan membuatnya menang dan menjadi penyelamat Israel. Tapi PM Israel itu lupa bahwa Israel tidak punya banyak teman di dunia. Adalah salah, memeras mitra terpentingnya dengan manuver yang menghina.

Dan harian Inggris The Guardian yang terbit di London berkomentar: Netanyahu pasti berpikir, pidatonya di depan Kongres akan menyelamatkan posisinya untuk memenangkan pemilu di Israel. Memang warga Israel cemas terhadap Iran, tapi juga tidak ingin melemahkan hubungan dengan Amerika. Presiden AS berikutnya dari partai Demokrat pasti tidak akan melupakan perilaku Netanyahu yang melanggar aturan diplomasi yang baik. Kini banyak warga Israel bertanya-tanya, apakah seorang tokoh politik seperti Netanyahu yang mengambil risiko manuver penghinaan seperti itu, masih layak mendapat dukungan?

as/yf(dpa,afp)