1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Neraca Kunjungan Menlu Baru Jerman ke Timur Tengah

24 November 2009

Dalam kunjungan pertamanya ke Timur Tengah, Menlu baru Jerman Guido Westerwelle menekankan posisi negaranya dalam konflik Timur Tengah. Ia juga bicarakan masalah program nuklir Iran.

https://p.dw.com/p/KeYh
Gambar simbol. Westerwelle berkunjung ke Israel.Foto: AP/dpa/DW

Guido Westerwelle yang baru saja menjadi menteri luar negeri Jerman punya banyak kesempatan untuk melihat sendiri situasi yang kompleks di Timur Tengah. Pada hari kedua kunjungannya, Westerwelle mengadakan perjalanan dengan mobil dari Yerusalem ke Ramallah. Dengan delegasinya ia melewati pos pemeriksaan, yang tidak mungkin dapat dilalui warga Palestina. Kemudian ia melalui tembok beton setinggi delapan meter yang mengurung sepenuhnya wilayah Palestina dari dunia luar.

Palästinenser Westjordanland Deutschland Guido Westerwelle bei Salam Fayyad
PM Palestina, Salam Fayyad (kanan) dan Menlu Jerman Guido Westerwelle dalam konferensi pers di Ramallah, 24 Nov 2009.Foto: AP

Kepada Perdana Menteri Palestina Salam Fayyad Westerwelle mengatakan secara terbuka, "Segalanya harus dilakukan agar proses perdamaian Timur Tengah dapat dimulai kembali sesegera mungkin. Perdamaian jangka panjang bagi warga Israel maupun Palestina hanya dapat tercipta melalui pembentukan dua negara yang adil. Untuk itu perundingan langsung harus dimulai."

Perdana Menteri Fayyad menyambut kata-kata Westerwelle dan menunjuk pada rencana perdamaian yang disebut "Road Map". Fayyad mengatakan, "Salah satu syarat terpenting adalah pelaksanaan Road Map. Dalam Road Map tercantum pentingnya pemberhentian pendirian pemukiman Yahudi. Menteri luar negeri Jerman dan saya setuju, pembangunan pemukiman harus dihentikan."

Menuruti Road Map

Senin (23/11) Westerwelle telah menekankan di Israel, bahwa Road Map adalah dasar politik Timur Tengah yang dijalankan Jerman. Di hari pertama lawatannya itu, menteri luar negeri Jerman itu juga mengunjungi monumen Yad Vashem, yang menjadi peringatan pembantaian warga Yahudi di Eropa selama Perang Dunia II. Ia meletakkan karangan bunga dan menulis dalam buku kenangan, "Kami tidak akan lupa, tanggungjawab kami tetap ada, persahabatan kita terus berkembang!"

Westerwelle zu Antrittsbesuch in Israel beim Mahnmal Jad Vaschem
Westerwelle di Yad Vashem.Foto: picture-alliance / dpa

Pembicaraan pertama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanjahu yang berlangsung Senin juga berjalan dalam kekerabatan, walaupun perbedaan pendapat tampak jelas. Westerwelle menekankan kritik pemerintah Jerman terhadap politik pemukiman yang terus dijalankan Israel, yang menjadi penghalang bagi penyelesaian damai konflik Timur Tengah.

Peringatan terhadap Iran

Dalam pertemuan terakhir antara Westerwelle dan Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman Selasa kemarin (24/11), pokok utama pembicaraan adalah program nuklir Iran. Westerwelle memperingatkan Iran dengan tajam. "Bagi kami Iran yang melengkapi diri dengan senjata nuklir tidak dapat diterima. Kesabaran kami ada batasnya. Senjata atom bukan hanya tidak dapat diterima oleh Israel, melainkan juga oleh seluruh dunia," demikian Westerwelle.

Benjamin Netanyahu und Guido Westerwelle in Israel
Westerwelle dalam pembicaraan dengan PM Israel Benjamin Netanjahu 23 Nov 2009.Foto: AP

Pemerintah Israel melihat program nuklir Iran sebagai ancaman. Dalam hal ini Israel juga mengharapkan peranan Jerman. Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan, "Saya menyatakan harapan agar Jerman lebih aktif di wilayah kami. Saya pikir, menteri luar negeri Jerman dapat memberikan sumbangan besar untuk mendorong proses diplomatis di Timur Tengah."

Kunjungan Guido Westerwelle di Timur Tengah diakhiri dengan kunjungan persahabatan ke Presiden Israel Shimon Peres.

Hans-Joachim Wiese / Marjory Linardy

Editor: Dyan Kostermans