1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

141010 NATO Strategie

14 Oktober 2010

Untuk pertama kalinya sejak lebih dari 10 tahun lalu, para menteri luar negeri dan pertahanan negara anggota NATO mengadakan pertemuan bersama. Di Brussel, Belgia, dibahas konsep strategi untuk dasawarsa mendatang.

https://p.dw.com/p/Pe5j
Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menjelang dibukanya pertemuan negara anggota NATO di Brussel, Belgia, Kamis (14/10)Foto: AP

"NATO merupakan aliansi yang berhasil dalam sejarah. Dan hal itu hendak terus dipertahankan," demikian dikatakan Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen.

Untuk tetap mempertahankannya NATO harus menciptakan konsep baru. Setelah berakhirnya perang dingin yang kemudian disusul masa transisi. maka tiba saatnya bagi NATO untuk memasuki apa yang disebut masa tiga titik kosong.

Konsep baru NATO menyebutkan sejumlah ancaman baru, dari berbagai arah. Lewat serangan teror, serangan terhadap bahan baku, jalur logistik dan juga misalnya serangan roket dari Iran. Bentuk serangan lainnya adalah juga lewat serangan "hacker" terhadap jaringan komputer seluruh negara anggota. Apakah serangan "hacker" telah merupakan kasus NATO? Apakah bila terjadi serangan itu, juga dipergunakan pasal lima dari perjanjian NATO yang terkenal itu, yang mana mencantumkan bahwa bila terjadi serangan terhadap sebuah negara anggota NATO, maka itu dinilai sebagai serangan terhadap semua negara anggota. Dan apakah NATO secara bersama juga akan menyerang balik?

Strategi NATO tidak ditetapkan demikian. Anders Fogh Rasmussen mengatakan, "Baik serangan Cyber maupun bentuk serangan lainnya, sebelumnya tidak dapat dicantumkan sebagai kasus yang jelas dalam pasal lima tersebut. Terdapat apa yang saya sebut ketidakpastian yang konstruktif. Itulah kekuatan yang dimiliki pasal lima."

Serangan yang potensial tidak dapat memastikan, kapan NATO akan menggunakan pasal lima tersebut. Sementara pemerintah Jerman menghendaki agar hal itu dicantumkan dalam strategi NATO. Semua aksi yang dilakukan NATO harus mendapat pengesahan dari PBB. Dan Jerman juga menghendaki terus diambilnya langkah perlucutan senjata. Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle mengatakan, "Kami menghendaki agar senjata atom terakhir yang ditempatkan di Jerman ditarik. Dengan demikian, Jerman akan menjadi negara bebas senjata atom."

Tuntutan yang disampaikan Guido Westerwelle itu tidak dicantumkan dalam konsep NATO. Meskipun demikian, NATO akan membentuk sebuah komisi yang khusus menangani masalah perlucutan senjata. Malah ada yang bermimpi, bahwa sistem pertahanan roket yang baru, yang dikembangkan sebagai alat untuk menakuti-nakuti, suatu hari kelak akan merupakan sesuatu yang mubazir. Dan itu kemungkinan sebagai awal bagi NATO untuk memasuki masa apa yang disebut empat titik nol.

Andreas Reuter/Asril Ridwan

Editor: Agus Setiawan