1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mubarak Bebas, Mesir Makin Terbelah

22 Agustus 2013

Bekas diktator Husni Mubarak, bisa meninggalkan penjara Kamis (22/8) setelah keputusan pengadilan yang membuat Mesir semakin terbelah di tengah kekacauan pasca tindakan keras militer atas IKhwanul Muslimin.

https://p.dw.com/p/19URp
Foto: picture-alliance/dpa

Pengadilan telah memerintahkan penjara di Kairo tempat Mubarak ditahan untuk membebaskan tokoh militer yang berkuasa di Mesir selama 30 tahun dengan tangan besi hingga ia dijatuhkan dalam pemberontakan yang melanda dunia Arab pada awal 2011.

Kantor perdana menteri mengatakan bekas orang kuat itu akan ditempatkan sebagai tahanan rumah, yang dipandang banyak kalangan sebagai sebuah upaya untuk menenangkan banyak orang yang keberatan dengan pembebasan tersebut.

Mengutip sumber keamanan, kantor berita pemerintah mengatakan Mubarak “kelihatannya” akan dipindahkan ke salah satu instalasi vital Negara atau di dua rumah sakit militer di mana ia akan dijaga dengan pengawalan ketat.

Rezim Busuk

Mubarak, 85 tahun, divonis penjara seumur hidup tahun lalu karena dianggap gagal mencegah pembunuhan pada demonstran. Tapi pengadilan kemudian menerima banding yang ia ajukan tahun ini dan memerintahkan pengadilan ulang.

Bekas pilot angkatan udara yang kini sakit itu mungkin tidak punya masa depan politik, tapi keputusan pengadilan membuat beberapa kalangan di Mesir tidak nyaman.

”Rezimnya busuk. Ia telah banyak merusak Negara ini. Pengangguran tinggi, tak ada layanan publik, layanan kesehatan maupun pendidikan. Ini bukan hari yang baik bagi negeri ini,” kata Hassan Muhamad, 66 tahun, seorang insinyur.

Warga lainnya Amr Fathi juga mengungkapkan kekecewaan. ”Saya tidak senang tentu saja. Ia sangat menindas kami pada masa lalu,” kata dia.

Pergolakan politik yang dipicu penggulingan Mursi pada 3 Juli lalu membuat banyak warga cemas. Militer telah mengumumkan sebuah rancangan peta jalan untuk membawa kembali demokrasi ke Mesir, tapi ini tidak menciptakan perasaan stabil di Negara terbesar dunia Arab tersebut.

Sedikitnya 900 orang tewas termasuk 100 polisi dan tentara, sejak militer menindak keras pada pendukung Mursi pekan lalu, membuat negara itu memasuki episode paling berdarah dalam sejarah mereka selama beberapa dekade.

Tindakan keras disertai penangkapan pemimpin puncak kelompok pendukung Mursi yakni Ikhwanul Muslimin tampaknya telah melemahkan kelompok Islamis paling tertua dan berpengaruh di dunia tersebut.

Para pendukung Ikhwanul telah menyerukan pawai ”Jum'at Martir” untuk menentang pengambilalihan kekuasaan oleh militer. Kelompok itu mengatakan: ”Kami akan teguh ke jalan untuk mengalahkan kudeta militer.”

Pembebasan Mubarak akan memperkuat tuduhan Ikhwanul bahwa militer yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, sedang mencoba merehabilitasi pemerintahan lama.

Orang Besar

Mubarak kini masih akan diadili ulang atas tuduhan terlibat dalam pembunuhan para demonstran selama revolusi atas dirinya, tapi ia telah menjalani masa penahanan maksimal dalam kasus tersebut.

Pengadilan sebelumnya telah menghapus dasar hukum bagi penahanan Mubarak atas kasus korupsi, menyusul vonis lainnya atas kasus yang sama pada hari Senin. Tapi Mubarak masih tidak diizinkan bepergian ke luar negeri dan asetnya masih tetap dibekukan.

Tapi ada juga rakyat Mesir yang senang mendengat bahwa Mubarak bisa segera bebas. ”Ia adalah orang besar, ia tidak sepatutnya dipenjara. Ia sudah tua,” kata Ibtisaam, 19 tahun. "Di bawah Mubarak, kami hidup aman. Kini siapapun bisa mendatangi kami: para preman dan semuanya…”

ab/hp (rtr,ap,afp)