1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mubarak Akhirnya Mundur

11 Februari 2011

Presiden Mesir Husni Mubarak akhirnya menyerahkan kekuasaan. Ia dan keluarganya diberitakan sudah meninggalkan Kairo dan berada di kawasan wisata Sharm el Sheik.

https://p.dw.com/p/R0BE
Pidato terakhir Mubarak di televisi Mesir (10/02)Foto: picture alliance/dpa

Pengumuman mendadak disampaikan oleh Wakil Presiden Omar Suleiman di televisi. Ia menerangkan, Husni Mubarak sudah mengundurkan diri dan minta militer untuk mengambil alih kekuasaan. Massa yang berkumpul di lapangan Tahrir dan di tempat-tempat lain di Kairo langsung bersorak menyambut berita itu. Masih belum jelas, bagaimana prosedur peralihan kekuasaan selanjutnya.

Sejak hari Jumat siang, ratusan ribu orang berdemonstrasi di berbagai kota di Mesir. Di Kairo, aksi protes terpusat di lapangan Tahrir. Massa juga bergerak menuju istana kepresidenan dan di sekitar stasiun televisi. Tentara dalam jumlah besar menjaga ketat tempat-tempat strategis, termasuk istana presiden dan stasiun televisi nasional, namun militer juga membiarkan massa melakukan aksi protes tanpa kekerasan. Pihak militer berulangkali menerangkan, tidak akan menggunakan kekerasan menghadapi aksi damai.

Para demonstran terus menuntut agar presiden Mubarak mendur. Dalam pidato televisi hari Kamis malam (10/08), Mubarak berjanji akan menyerahkan lebih banyak kewenangan kepada wakil presiden Omar Suleiman.

”Saya menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden, sesuai konstitusi, dan saya yakin, Mesir akan mengatasi krisisnya. Saya tidak akan berpisah dengan Mesir sampai ajal tiba" , kata Mubarak. Ia menegaskan tidak akan tunduk pada tekanan atau dikte dari luar negeri.

Keputusan Mubarak disambut teriakan marah dan kecewa oleh puluhan ribu warga Mesir di Lapangan Tahrir, pusat Kairo, yang sejak awal menjadi pusat aksi protes. Mereka bertekad memperkuat perlawanan terhadap Mubarak, sampai ia mundur.

Reaksi kecewa juga ditunjukkan negara-negara barat. Presiden AS Barack Obama mengatakan, pernyataan Mubarak bahwa ia akan mengalihkan kekuasaan kepada wakilnya tidak cukup untuk memenuhi tuntutan demonstran akan perubahan demokratis. Rakyat mesir, kata Obama, tetap tidak yakin bahwa pemerintahnya serius tentang transisi sejati kepada demokrasi.

Menlu Jerman Guido Westerwelle mengatakan, pidato Mubarak tidak menunjukkan perspektif baru dan bukan langkah maju yang ditunggu-tunggu. "Saya kuatir, pidato ini tidak dapat mendatangkan ketenangan di Mesir. Dan setelah pidato ini, kekuatiran dunia internasional, termasuk Jerman, malah bertambah besar dan bukannya mengecil. Barangsiapa melihat rakyat yang turun ke jalan sekarang, seyogyanya sepakat dengan tuntutan kami bahwa tidak boleh ada kekerasan. Kami mendesak perubahan secara dama", kata Menlu Jerman.

Pihak militer hari Jumat (12/02) menawarkan akan mencabut situasi darurat yang sudah berlaku selama 30 tahun. Wakil Presiden Omar Suleiman berjanji akan mengambil langkah-langkah untuk pelaksanaan pemilihan umum yang demokratis, dan Mubarak tidak akan mencalonkan diri lagi. Kalangan pengamat menilai, secara de facto kekuasaan presiden sebenarnya sudah diambil alih oleh Omar Suleiman.

Tapi massa tetap tidak puas dengan situasi itu. Akhirnya, Husni Mubarak yang berkuasa di Mesir sejak presiden Anwar Sadat terbunuh tahun 1981, terpaksa turun dari kursi kepresidenan.

Hendra Pasuhuk/rtr/afp/dpa/dw
Editor: Ayu Purwaningsih