1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mobil Listrik, Mobil Masa Depan

9 September 2009

Mesin bertenaga listrik lebih efisien ketimbang mesin bensin atau diesel. Dengan jumlah energi primer yang sama, mesin lsitrik dapat melaju empat hingga lima kali lipat lebih jauh ketimbang mesin konvensional lain.

https://p.dw.com/p/Jmyg
Tesla sedang dipersiapkan untuk turun ke jalanFoto: AP

Masa depan kendaraan bermotor adalah listrik. Hal itu kini diyakini oleh sebagian besar ahli mobilitas di antara San Fransisco dan Son Jose, Amerika Serikat. Dengan mobil yang tidak membutuhkan energi konvensional yang merusak, melainkan bergerak dengan tenaga listrik, Silicon Valley di Kalifornia dapat mewujudkan mimpinya sejak lama, yakni melindungi iklim sembari berbisnis. Contoh paling mutakhir dalam perkembangan ini adalah perusahaan Tesla Motors yang telah memasarkan mobil sport berpenumpang dua dan bermotor listrik.

Mobil ini masih berupa sebuah prototyp, jelas Daniel Nyggen dari kantor pusat Tesla Motors di Menlo Park. Sekitar 95 persen suku cadang dan karoseri yang digunakan oleh prototyp tersebut juga akan dipakai oleh model yang akan dilempar ke pasar. Karoseri Tesla dibuat dari serat karbon, tempat duduk pengendara dibuat sempit namun tetap terasa nyaman, kokpit mobil didesain sederhana dan modern. Pelanggan istimewa seperti bintang Hollywood George Clooney atau Gubernur Kalifornia, Arnold Schwarzeneger, harus merogoh kocek sebesar 100.000 US-Dollar atau sekitar 1 milyar Rupiah untuk mendapatkan Tesla.

Sebuah monitor di sisi kiri setir menunjukkan status pengisian baterai yang beratnya mencapai 450 Kilogram. Itulah jantung mobil bertenaga listrik. Baterai Tesla terdiri dari 7.000 batang baterai Lithium-Ion yang juga dipakai di laptop. Uniknya, dengan mesin yang hanya seberat 45 kilogram, Tesla tidak menghasilkan bunyi apapun atau getaran yang biasa muncul pada mobil bermotor konvensional. Hanya tekanan pada pedal gas saja yang menunjukkan, bahwa mesin siap untuk dipacu. Akselerasi Tesla memiliki karakter seperti motor. Jika dibutuhkan, kendaraan yang lahir dan tumbuh di sebuah kota kecil bernama San Carlos itu, dapat memacu dari nol hingga 100 kilometer perjam hanya dalam empat detik.

Dengan menghitung siklus berkendara di Amerika Serikat, Jangkauan Tesla dengan satu kali pengisian penuh baterai dapat mencapai jarak 300 kilometer. Buat sebagian besar pengemudi, jangkauan sejauh itu sudah lebih dari cukup. Mobil listrik seperti Tesla dapat diisi di rumah pada malam hari, ketika puluhan taman angin di Kalifornia mengalirkan listrik murah yang tidak digunakan. Dengan cara seperti itu pengisian bahan bakar dapat lebih murah ketimbang mobil bermotor konvensional. Sebab itu, produsen Tesla meyakini dapat menemukan pangsa pasar yang menguntungkan dan dapat melemparkan jenis mobil listrik untuk keluarga ke pasar selambat-lambatnya tahun 2011.

Dalam hal ini, strategi bisnis milik perusahaan lain dapat membantu Tesla Motors mendapatkan tempat di pasar otomotif dunia. Richard Lowenthal, pendiri sekaligus Prsiden Direktur Coulomb Technologies merencanakan pengambangan sebuah jaringan stasiun pengisian cerdas yang dapat melayani mobil listrik dengan biaya murah.

"Tantangannya saat ini adalah mencari jalan keluar dari dilema kausalitas. Selama tidak ada jaringan stasiun pengisian ulang yang mencukupi, mobil bertenaga listrik tidak akan dilirik para pelanggan. Sebaliknya orang baru membangun stasiun pengisian jika terdapat banyak mobil listrik yang membutuhkannya,“ ungkap Richard Lowenthal.

Richard Lowental ingin mencari solusinya. Disamping sejumlah investor, iklan videonya juga dapat meyakinkan Walikota San Jose. Pada Desember mendatang kota San jose berencana memasang stasiun pengisian di setiap tiang lampu jalan. Siapapun yang membutuhkan listrik, cuma harus memarkir kendaraannya di sebelah tiang lampu dan membiarkan pengisian berlangsung selama beberapa jam.

Selain stasiun pengisian, sebuah perusahaan baru bernama Betterplace dari Palo Alto juga berencana mengembangkan jaringan stasiun penukaran baterai, di mana tangan-tangan robot akan secara otomatis mengganti baterai mobil yang kosong dengan yang baru hanya dalam beberapa menit. Dengan cara itu pengguna mobil listrik tidak harus menghabiskan waktu berjam-jam yang hilang selama proses pengisian. Dan dengan demikian jangkauan mobil listrik yang saat ini masih terbatas tidak lagi menjadi persoalan.

Untuk membuat harga mobil listrik menjadi terjangkau, Betterplace mengusulkan agar produsen mobil menyewakan baterai yang memakan sebagian besar biaya produksi mobil. Dengan begitu pelanggan tidak harus merogoh kocek tambahan. Lagipula dengan biaya bahan bakar yang rendah, uang sewa baterai dengan sendirinya tertutupi. Untuk membuktikan konsep tersebut dapat diterapkan, sejumlah proyek percobaan digelar di Israel dan Denmark. Dalam beberapa tahun ke depan, kedua negara tersebut akan mengimpor 100.000 mobil listrik hasil produksi dua perusahaan otomotif, Nissan dan Renault.

Betterplace tidak berhenti sampai situ untuk memperkenalkan konsepnya. Dalam sebuah podium diskusi di Universitas Stanford, Jason Wolf, seorang pegawai Betterplace baru baru ini mencoba menarik minat kaum elit Kalifornia terhadap rencana tersebut. "Pemasok listrik dan produsen mobil dalam waktu sepuluh tahun akan memiliki strategi bisnis yang berbeda dari sekarang. Masa depan mobilitas adala listrik. Kalifornia sebaiknya segera mengikuti arus ini. Karena jika tidak, Jepang, Cina, Perancis dan Jerman akan lebih cepat.“

Seruan itu mendapat sambutan. Walikota San Fransisco Bay Area baru-baru ini mengumumkan akan membuat wilayahnya sebagai wadah pengembangan dan pemasaran mobil bertenaga listrik masa depan. Dalam hal ini pun produsen otomotif Jerman bergerak cepat. Perusahaan Daimler yang lebih dikenal sebagai produsen merek Mercedes Benz bulan Mai lalu membeli sepuluh persen saham Tesla Motors dengan nilai 50 juta US-Dollar. Kesepakatan kerja itu ditandatangani saat Tesla membutuhkan investor untuk memulai produksi. Kedua perusahaan akan bekerjasama dalam pengembangan baterai mobil dan pemasaran mobil listrik di seluruh dunia. Bagi Presiden Direktur Daimler, Dieter Zetsche, kerjasama tersebut adalah investasi masa depan.

Ralf Krauter/Rizki Nugraha

Editor: Yuniman Farid