1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

170611 Syrien Widerstand Flucht

17 Juni 2011

Hari Jumat, senantiasa menjadi hari paling padat di Suriah, sejak perlawanan rakyat dimulai 3 bulan lalu, menuntut mundur rejim Al Assad. Bersamaan dengan itu, Jumat juga merupakan hari dengan jumlah korban terbanyak.

https://p.dw.com/p/11eXY
Demonstran SuriahFoto: dapd

Sembahyang Jumat dikembangkan menjadi platform bagi aksi protes terbesar dalam tiga bulan perlawanan rakyat Suriah, terinspirasi oleh revolusi yang berhasil menjatuhkan pemimpin Mesir dan Tunisia. Jumat ini (17/06), puluhan ribu warga Suriah di berbagai kota, turun ke jalan, tanpa mengindahkan tindakan keras militer.

Bentrokan berdarah paling buruk terjadi di kota Homs, dimana aktivis mengatakan, 8 pemrotes tewas dan televisi pemerintah mengatakan seorang polisi dibunuh pria bersenjata. Satu orang juga dilaporkan tewas di Aleppo, pusat bisnis di utara, pemrotes pertama yang mati di kota itu sejak kerusuhan meledak di selatan negara itu, bulan Maret.

Menurut keterangan para aktivis, aksi protes berlangsung Jumat (17/06) di kota Deraa, Hama, dan daerah pinggrian ibukota Damaskus. Dua kota di sebelah utara dikelilingi unit-unit tentara, demikian dikatakan penduduk, lima hari setelah militer merebut kembali kota Jisr al-Shughour yang dianggap sulit diatur, dan memaksa ribuan pengungsi mengalir melintasi perbatasan terdekat ke Turki.

Menurut pejabat pemerintah Turki, jumlah pengsungsi yang menyeberang dari Suriah mencapai 9.600 orang. Sementara 10.000 orang lainnya berlindung di perbatasan yang masih termasuk wilayah Suriah.

Situasi di wilayah perbatasan tegang. Tentara menyerbu desa-desa sekitar dan, menurut saksi mata, menembaki penduduk dari helikopter.

"Di mesjid Basateen 12 orang lanjut usia ditembak, dibantai. hari Kamis, dua keluarga kembali ke datang Jisr al-Shughour, yang satu naik mobil, lainnya naik motor, dua-duanya langsung ditembaki" ujar seorang saksi mata.

Jisr al-Shougrour, dua pekan lalu menyaksikan tindakan paling brutal aparat keamanan. Rejim al-Assad mengklaim, di kota itu 120 tentara dan polisi dibunuh kelompok bersenjata.

Oposisi mengatakan sebaliknya, tentara dan polisi itu dibunuh karena menolak perintah, dan disalahgunakan oleh rejim untuk propaganda. Keterangan pemerintah dan aktivis sulit diverifikasi, karena Suriah melarang masuknya jurnalis internasional.

Kalangan organisasi HAM Suriah mengatakan, 1.300 warga sipil dan ebih dari 300 tentara dan polisi tewas sejak protes dimulai bulan Maret, menentang 41 tahun kekuasaan keluarga Assad. Selain itu 10.000 orang ditahan. Pemerintah menuduh kekerasan dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata dan militan Islam, didukung oleh kekuatan asing.

Presiden Bashar al Assad yang sejak perlawanan rakyat dimulai hanya dua kali tampil secara resmi di depan publik, mencoba meredam protes dengan campuran konsesi dan tekanan. Namun, langkah caturnya yang terbaru tampaknya gagal.

Rekan bisnis sekaligus sepupunya, pengusaha paling berkuasa di Suriah, mengumumkan mundur dari kehidupan bisnis. Rami Maklouf, yang dibenci karena praktik korupsi dan nepotisme,memiliki perusahaan minyak dan bangunan bernilai miliaran dolar, maskapai penerbangan, real estate dan 40% dari perusahaan telepon seluler terbesar di negara itu, Syriatel. Ia menyatakan akan menyumbangkan kekayaannya untuk tujuan amal.

Oposisi yang tetap tidak terkesan mengatakan, kemurahan hati itu bermodal uang curian dari negara. Di AS dan Uni Eropa, Rami Maklouf termasuk dalam daftar orang yang dikenai sanksi.

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengatakan hari Jumat, perancis dan Jerman sepakat untuk melobi sanksi lebih keras terhadap Suriah karena tindakan dan penekanan yang tidak dapat diterima terhadap pemrotes.

Ulrich Leidholdt/ Renata Permadi

Editor: Christa Saloh