1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mesir Terancam Tenggelam dalam Kekacauan

30 Januari 2011

Selain aksi protes terhadap rezim Mubarak, penjahat bersenjata dan perampok mulai beraksi di Mesir. Di tengah kekacauan itu, polisi sama sekali tidak tampak sementara militer mendemonstrasikan kekuatannya.

https://p.dw.com/p/107YX
Tentara Mesir mencoba menghentikan demonstran anti pemerintah yang menuju Lapangan Tahrir (30/01)Foto: dapd

Kanselir Jerman Angela Merkel dalam pembicaraan telefon dengan Presiden Mesir Husni Mubarak mendesak penyelesaian konflik di negara itu tanpa kekerasan. Dalam sebuah pembicaraan panjang hari Minggu (30/01) malam Merkel kembali meminta aparat keamanan Mesir tidak melakukan aksi kekerasan. Demikian disampaikan juru bicara pemerintah Jerman Steffen Seibert. Kanselir Merkel juga meminta agar kebebasan berunjuk rasa serta kebebasan informasi di Mesir tetap dijaga.

Pemerintahan yang diumumkan oleh Mubarak harus melakukan reformasi yang diumumkan. Untuk itu memenuhi kepentingan masyarakat terutama remaja tidak dapat diabaikan.

Pemenang hadiah Nobel Perdamaian Mohammed el Baradei sebagai harapan pihak oposisi ikut dalam demonstrasi menentang rezim Husni Mubarak. Baradei mencoba berbicara kepada para demonstran di Lapangan Tahrir di pusat ibukota Kairo.

Di tengah teriakan ribuan demonstran di pusat ibukota Kairo, El Baradei kembali mempertajam nada suaranya terhadap Presiden Husni Mubarak. El Baradei menilai protes terhadap Mubarak sebagai hari-hari bersejarah. Apa yang telah kita mulai tidak dapat diputar mundur. Demikian kata El Baradei yang dikutip stasiun pemancar Al Jazeera. Seruan Baradei kepada para demonstran yang berkumpul di Lapangan Tahrir hari Minggu malam, Mesir berada di ambang awal sebuah era baru. "Tetaplah tenang, perubahan akan datang. Kita berada di jalan yang benar, jumlah kita adalah kekuatan kita." Ditambahkan El Baradei lebih lanjut. Namun dilaporkan koresponden kantor berita DPA, hanya sekelompok kecil demonstran yang berdiri di sekitar Baradei yang dapat mendengarnya. Dengan kehadirannya di Lapangan Tahrir, Baradei mengabaikan tahanan rumah yang dikenakan pemerintah Mesir terhadapnya.

Sebelumnya dalam wawancara dengan stasiun pemancar BBC mantan ketua badan energi atom internasional El Baradei mengatakan

"Saya pikir setiap orang dapat mengerti bahwa ini akan berakhir sampai Mubarak pergi hari ini, sampai kami mencapai kesepakatan dengan militer untuk sebuah pemerintahan kesatuan nasional, sampai militer dapat menguasai situasi jalanan."

Akibat kerusuhan yang semakin hebat, militer Mesir Minggu (30/01) menunjukkan kekuatannya. Jet-jet tempur terbang rendah di atas Kairo sementara di pusat ibukota Mesir itu, ribuan demonstran terus menuntut mundurnya Presiden Husni Mubarak. Situasi keamanan semakin tidak terkendali. Perampok, penyulut kebakaran dan penjahat bersenjata meneror penduduk di berbagai kawasan di Mesir. Orang-orang bersenjata juga menyerang penjara-penjara dan membebaskan ribuan tahanan, termasuk diantaranya pelaku tindak kriminal berat dan ekstremis Islam. Sementara remaja menghancurkan mobil-mobil dan merampok penduduk di Kairo.

Di tengah kekacauan yang semakin memuncak akhir pekan lalu, satu polisi pun tidak tampak di jalan-jalan Kairo. Akibat takut dirampok dan dijarah warga mengambil inisiatif sendiri untuk mempertahankan diri. Dengan bersenjatakan pisau, kapak, tongkat golf atau besi pemukul warga sipil di berbagai kawasan di Kairo melindungi keluarga dan rumahnya dari para penjarah. Namun terdapat pula laporan bahwa perampokan, penjarahan dan pembakaran tersebut sebetulnya dilakukan oleh aparat kepolisian untuk memberikan kesan kerusuhan itu dilakukan oleh para demonstran.

Saat berita ini diturunkan dilaporkan polisi ditugaskan kembali melakukan patroli di jalan-jalan berbagai kota di Mesir, setelah hari Jumat (28/01) lalu militer diturunkan untuk mengatasi protes anti pemerintah yang meluas di Mesir.

Dyan Kostermans/dpa/afpd

Editor: Rizky Nugraha