1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Upayakan Dukungan Cina

2 Februari 2012

Kamis (02/02) Kanselir Jerman Merkel tiba di Beijing. Selain dalam krisis utang, Merkel upayakan dukungan Cina dalam kasus Suriah dan program atom Iran.

https://p.dw.com/p/13vRf
German Chancellor Angela Merkel delivers a speech at the Chinese Academy of Social Sciences in Beijing February 2, 2012. REUTERS/David Gray (CHINA - Tags: POLITICS BUSINESS)
Kanselir Merkel saat berpidato di Akademi Ilmu Sosial di BeijingFoto: Reuters

Dalam kunjungannya di Cina Kanselir Jerman Angela Merkel mengupayakan resolusi PBB terkait aksi kekerasan berkepanjangan di Suriah. Adalah penting dimana masyarakat internasional berbicara dengan suara senada dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, demikian dikatakan Merkel dalam pidatonya Kamis (02/02) di Beijing. Selama ini Cina dan Rusia sebagai pemilik hak veto di Dewan Keamanan PBB mencegah dikeluarkannya resolusi yang mengecam penekanan brutal terhadap gerakan aksi protes menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Dalam pidatonya di Akademi untuk Ilmu-Ilmu Sosial di Beijing tersebut, Kanselir Merkel juga menyinggung masalah program atom Iran yang kontroversial. Merkel mengharap Cina dapat mendorong pemerintah di Teheran untuk bekerja sama secara transparan dan terbuka dengan masyarakat internasional. Untuk meningkatkan tekanan terhadap Teheran, Uni Eropa dan Amerika Serikat memutuskan sanksi berupa embargo terhadap impor minyak Iran. Cina sebagai mitra dagang utama dan pengimpor terbesar ketiga minyak Iran, selama ini menolak menjatuhkan sanksi terhadap pemerintah di Teheran.

Angela Merkel tahu, Cina tidak setuju dengan embargo yang dilakukan Uni Eropa bukan jalan yang benar. Meski demikian Kanselir Jerman itu mengharap Cina dapat  memainkan pengaruhnya agar tidak ada Iran yang menjadi adidaya atom: "Saya akan mengupayakan agar ketika Eropa misalnya melakukan sanksi, meski demikian Cina juga memainkan pengaruh yang dimilikinya untuk mengatakan kepada Iran: Kami tidak memerlukan dan tidak mengijinkan adanya adidaya nuklir yang baru."

Bundeskanzlerin Angela Merkel (CDU) wird am Donnerstag (02.02.2012) mit militärischen Ehren vom Ministerpräsidenten der Volksrepublik China, Wen Jiabao, in der Großen Halle des Volkes in Peking begrüßt. Zu den wichtigsten Themen der Gespräche sollen die Finanzkrise in Europa, das Öl-Embargo der Europäischen Union gegen den Iran und die Gewalt in Syrien gehören. Merkel hält sich noch bis Samstag (04.02.2012) in China auf. Foto: Kay Nietfeld dpa +++(c) dpa - Bildfunk+++ dpa 29340965
Kanselir Merkel disambut dengan upacara militer oleh PM Wen JiabaoFoto: picture-alliance/dpa

Merkel Upayakan Kepercayaan Cina

Dalam pidatonya di Beijing, Angela Merkel juga meminta kepercayaan Cina terhadap Uni Eropa pada masa krisis utang dan investasi Cina untuk program paket penyelamatan Euro. Tema ini pula yang menjadi salah satu isu bahasan dalam pertemuan Kanselir Jerman itu dengan PM Wen Jiabao. Sementara pakar Cina meredam harapan Eropa, bahwa Cina dapat membeli obligasi Eropa dalam jumlah besar. Kawasan lainnya di zona Euro, mula-mula harus bersedia melakukan reformasi sistem keuangan saat ini. Demikian menurut Shen Jiru, peneliti pada Institut Ekonomi dan Politik internasional, yang dikutip harian Global Times. Selain itu harus ditemukan jalan baru untuk pertumbuhan ekonomi di Eropa. Uni Eropa memiliki mata uang bersama tapi tidak memiliki sistem keuangan bersama, yang menjamin agar setiap negara juga menepati janjinya untuk mengurangi utangnya. Demikian dikatakan Shen Jiru, pakar ekonomi pada Akademi Ilmu-Ilmu Sosial Cina.

Dalam kunjungan tiga harinya di Cina, Kanselir Angela Merkel Jumat (03/02) dijadwalkan melanjutkan kunjungan ke kawasan Kanton selatan Cina, yang merupakan pusat ekonomi terpenting negara itu. Di Kanton hampir 500 perusahaan Jerman menempatkan kantor perwakilannya. Merkel akan mengunjungi kawasan itu, melakukan pembicaraan dengan wakil-wakil perekonomian Jerman dan Cina, serta menghadiri forum ekonomi Jerman-Cina.

Dyan Kostermans/DW/ARD/afp

Editor: Hendra Pasuhuk