1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Menang Lagi!

24 September 2017

Angela Merkel tetap menjadi kanselir. Warga Jerman sepertinya tidak menyukai perubahan dalam politik. Tugas besar menanti Merkel di masa jabatannya yang keempat ini.

https://p.dw.com/p/2kcEP
Merkel Raute
Foto: picture-alliance/dpa/M. Kappeler

Tidak ada eksperimen. Setelah pemilu, Jerman tetap menjadi zona tenang baik dari segi politik, masyarakat, dan keuangan. Ketegangan ada di negara lain. Di Turki ada Erdogan, di AS ada Trump, Rusia Putin, dan juga di Inggris Raya yang hengkang dari Uni Eropa. Di banyak belahan dunia, saat ini adalah masa yang menakutkan. Antara teror dan populisme. Tapi di Jerman semua tetap tenang.

Apa warisan Merkel?

Jadi empat tahun lagi bersama Merkel. Sebagai perempuan pertama yang menjabat sebagai kanselir Jerman dengan masa jabatan selama ini, sudah pasti ia masuk dalam catatan sejarah. Tapi untuk bisa menjadi sosok yang legendaris, masih kurang gebrakan politiknya. Kanselir Adenauer mengintegrasi Republik Jerman masa lalu ke negara-negara Barat, Brandt dengan politik timurnya berhasil melakukan pendekatan di era Perang Dingin, Kohl menyatukan kembali Jerman, Schröder merombak pasar kerja dan sistem jaminan sosial. Bagaimana dengan Merkel?

Tahun 2015 secara mengejutkan Merkel membuka perbatasan bagi lebih dari sejuta pengungsi. Ia menentang batasan penerimaan pengungsi. Kini ia harus memiliki jawaban atas tantangan yang muncul. Yakni, mengintegrasi pengungsi yang menetap dan memulangkan kembali pengungsi yang "tidak seharusnya diterima". Ini proyek jangka panjang.

Sosok Dihormati

Uni Eropa juga harus dibenahi. Inggris kini ingin menjelajahi dunia globalisasi sendirian. Proses keluar dari Uni Eropa masih harus diatur. Ini tugas berat bagi Merkel. Negara-negara Uni Eropa di wilayah selatan juga tidak mau lagi dipaksa untuk berhemat. Merkel memang dianggap sebagai pengayom filosofi Eropa, tapi negara-negara yang berutang merasa tertekan oleh Jerman. Merkel ingin dan harus bisa menyatukan negara-negara di bawah payung Uni Eropa.

Tren "megalomania" membebani Merkel. Tidak hanya Trump yang ingin menjadikan Amerikanya hebat lagi, tapi Putin dan Erdogan juga menjalankan politik dengan gaya mereka. Dunia internasional menganggapnya sebagai "Anti-Trump". Ia bisa mengatasi provokasi tanpa harus terprovokasi. Ia sangat berhati-hati dengan gestikulasi, mimik dan pilihan katanya. Ia tidak lagi disepelekan. 

Tugas Sebagai "Anti-Trump"

Kemenangan Merkel pada dasarnya karena kepercayaan warga terhadapnya. Pada pemilu tahun 2013 satu kalimat sudah cukup bagi Merkel untuk berkampanye: "Anda sudah mengenal saya". Ia dihormati oleh hampir semua pihak. Bahkan kaum muda menganggapnya hebat. Generasi di bawah 25 tahun tidak akan bisa mengingat masa di mana Merkel tidak menjabat sebagai kanselir.

Padahal kemampuannya berpidato hingga kini masih biasa-biasa saja. Tapi ciri khas Merkel yang dalam pose foto menempatkan tangannya sehingga terkesan berbentuk seperti wajik berhasil mendunia. Dalam bahasa Jerman disebut sebagai "Merkel-Raute" atau "wajik Merkel". 

New York Times telah memberinya gelar sebagai "pembela terakhir Eropa yang berkuasa". Begitu banyak pujian dan pengakuan mulai sekarang akan menjadi beban bagi kanselir Merkel. Lama ia tidak memberi jawaban apakah akan mencalonkan diri lagi untuk keempat kalinya. Terpilihnya Donald Trump 9 November 2016 mungkin yang memicu keputusan Merkel. Dari segi kesehatan dan politik, ia berani maju kembali. Dukungan warga telah diperolehnya. Kini Merkel hanya harus membuktikan diri kembali.

Volker Wagener (vlz/ml)