1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel: Hasil KTT Iklim Dikembangkan di Konferensi 2010

20 Desember 2009

Hasil minimal KTT Iklim di Kopenhagen memicu kekecewaan besar dan kritik pedas di kalangan politisi, pegiat lingkungan dan ilmuwan. Namun Kanselir Jerman Merkel memperingatkan untuk tidak menjelek-jelekan hasil KTT itu.

https://p.dw.com/p/L9UP
Kanselir Jerman Angela MerkelFoto: dpa

KTT Iklim di Kopenhagen berakhir hari Sabtu (19/12) tanpa kesepakatan nyata, meski perundingan selama bertahun-tahun.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama mungkin merupakan satu dari sedikit politisi dunia yang terisolasi sendiri saat menyebut hasil KTT Iklim di Kopenhagen sebagai sebuah terobosan, seperti yang diungkapkannya hari Sabtu (19/12) dalam sebuah pernyataan pendek setelah tiba di Washington: "Ini adalah sebuah terobosan penting yang meletakkan batu landasan bagi kebijakan-kebijakan internasional pada tahun-tahun mendatang."

Para pegiat lingkungan AS dan anggota Partai Republik di Washington mengomentari pernyataannya tersebut dengan sikap dingin.

Sementara Kanselir Jerman, Angela Merkel menyimpulkan KTT Iklim sebagai "langkah pertama menuju tatanan iklim dunia, tidak lebih dan tidak kurang," ujarnya secara hati-hati. Kepada mingguan "Bild am Sonntag" (20/12) Merkel menegaskan bahwa siapa yang menjelek-jelekkan hasil KTT Kopenhagen, termasuk dalam kelompok orang yang ingin menghalangi upaya ketimbang mendorongnya. Merkel selanjutnya mengacu pada tanggung jawab khusus Jerman pada langkah berikutnya dalam upaya perlindungan iklim global. Hasil Kopenhagen harus dikembangkan dan ini akan dilaksanakan Jerman pada konferensi di Bonn pertengahan tahun depan. Demikian Merkel.

Politik SPD - Sigmar Gabriel
Ketua SPD Sigmar GabrielFoto: picture alliance / dpa

Oposisi SPD: Gagal, memalukan dan bencana

Sementara itu, Sigmar Gabriel, Ketua Partai Demokratik Sosial Jerman SPD menyebut hasil KTT sebagai sesuatu yang memalukan, bagaimana para pemimpin pemerintah mempertaruhkan masa depan anak dan cucunya. Ia menuntut Uni Eropa untuk tetap berpegang pada target pengurangan CO2 sebesar 30 persen, meski KTT Iklim di Kopenhagen gagal. Dan dari Kanselir Merkel ia menuntut tetap mempertahankan target pengurangan emisi CO2 sebesar 40 persen. Gabriel juga mengutarakan bahwa kegagalan di Kopenhagen pasti tidak disebabkan oleh pemerintah Jerman saat ini.

Kepada pemancar televisi ARD Sigmar Gabriel yang adalah mantan menteri lingkungan pada pemerintahan sebelumnya, hari Minggu (20/12) mengatakan: "Saya pikir, pemerintah Jerman telah melakukan segalanya agar berhasil. Kegagalan itu pasti bukan karena pemerintah Jerman, melainkan karena penolakan AS untuk melaksanakan kewajibannya. AS datang ke Kopenhagen dengan bekal yang terlalu sedikit. China tentunya juga merupakan penyebab kegagalan itu. Dan banyak negara lain yang bersembunyi di belakang kedua negara ini dan mempunyai kepentingan yang sama. Pada kenyataannya, di Kopenhagen tidak dirundingkan mengenai perlindungan iklim melainkan tentang kepentingan ekonomi masing-masing."

Kopenhagen Klimagipfel Kraftwerk hinter Kongresszentrum
Sebuah fasilitas pembangkit tenaga listrik di belakang Bella Center, tempat digelarnya KTT Iklim KopenhagenFoto: AP

Pengkhianatan terhadap masa depan anak-cucu

Ketua Partai Hijau Claudia Roth kecewa dan berang terhadap hasil KTT itu. Ia menyebutnya sebagai pertemuan puncak yang gagal dan ke-193 pemimpin pemerintahan dan negara telah melakukan salah satu kejahatan terberat, yaitu mengkhianati masa depan anak-cucunya di atas bumi ini. Roth selanjutnya menyerukan agar UE menggelar pertemuan puncak khusus dan merumuskan sebuah kesepakatan iklim yang nyata dan harus ditaati, setidaknya bagi Eropa.

KTT Iklim Global di Kopenhagen berakhir Sabtu (19/12) setelah menjalani tahap akhir yang dramatis dengan menghasilkan sebuah kesepakatan kompromi. KTT yang berlangsung dua pekan dengan peserta sekitar 45 ribu orang itu diakhiri dengan sebuah pernyataan politis. Pernyataan itu merupakan hasil perundingan alot antara Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden AS Obama dan sekitar 25 pemimpin pemerintahan lainnya. Yang dinamakan Copenhagen Accord (Kesepakatan Kopenhagen) berisikan target penting penurunan dua derajat pemanasan global. Selain itu, negara-negara industri menjanjikan kepada negara-negara berkembang untuk memberikan bantuan keuangan bagi perlindungan iklim, dari tahun 2010 hingga 2012 sebesar 30 milyar dollar dan mulai tahun 2020 sekitar 100 milyar dollar setiap tahun. Tetapi dalam kesepakatan itu tidak dicantumkan target penurunan emisi gas rumah kaca yang membahayakan itu.

CS/RN/dpa/apd