1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menimbang Hasil Konferensi Kopenhagen

21 Desember 2009

Secara keseluruhan, hasil konferensi iklim di Kopenhagen sangat mengecewakan. Tapi ada juga yang berhasil dicapai. Kesadaran tentang perlunya perlindungan iklim meningkat.

https://p.dw.com/p/LA2r
Sekjen PBB Ban Ki Moon memanggapi hasil KTT Kopenhagen (19/12).Foto: AP

Harian Belanda De Volkskrant menulis:

Perubahan iklim adalah masalah internasional. Karena itu, semua negara memang harus dilibatkan dalam perundingan. Namun mencari kesepakatan antara 192 negara, dengan luas negara dan kepentingan yang begitu berbeda-beda, adalah tugas yang sulit dipenuhi. Tapi ada juga secercah sinar terang. Semua peserta konferensi puncak iklim ini menyadari, perundingan harus dilanjutkan. Bisa diduga, mereka akan mendapat sorotan lebih kritis lagi dari publik, kelompok-kelompok aksi dan organisasi non pemerintah. Konferensi iklim sudah mencapai satu hal: tema perubahan iklim tidak akan hilang dari agenda politik harian.

Harian Swiss Tages-Anzeiger berkomentar:

Konferensi ini bisa dibilang berhasil, karena masyarakat internasional untuk pertama kalinya menerima, bahwa pemanasan bumi di atas 2 derajat Celcius akan mengacaukan keseimbangan sistem ekologi bumi. Yang tragis adalah, bahwa negara-negara industri dan ambang industri tidak mau mempercepat reduksi emisi gas rumah kaca. Kopenhagen juga sebenarnya menunjukkan wajah lain. Ada solusi-solusi konkret yang diperagakan, bagaimana masa depan yang ramah iklim bisa dicapai dan bagaimana keuntungan ekonomi bisa diraih dari langkah itu. Banyak perusahaan tidak terlalu peduli dengan politik yang lamban. Efek paling besar dalam perlindungan iklim akan dirasakan oleh negara dan sektor industri yang mulai sekarang berorientasi ke sana. Mereka nanti akan menjadi pemenang.

Harian Perancis Liberation menulis:

Karena ketidak mampuan berdiplomasi dan terlalu buta mempertahankan kepentingan nasional, negara-negara besar menggagalkan kesepakatan global yang mengikat dalam perundingan iklim di Kopenhagen. Jadi gerakan pembela ekologi internasional sekarang tahu, di mana mereka harus mulai. Yaitu di Amerika Serikat dan di Cina. Setelah itu di negara-negara yang punya kesadaran lingkungan lebih tinggi, terutama di Eropa. Negara-negara ini tidak boleh menunggu sampai sebuah kesepakatan internasional tercapai. Mereka harus mulai bertindak dan menjadi teladan yang mendidik. Jika Uni Eropa secara sepihak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang seharusnya dilakukan, maka ia bisa menjadi ujung tombak gerakan ini. Jika itu terjadi, kegagalan di Kopenhagen bisa ditebus selangkah demi selangkah.

Harian Jerman Frankfurter Rundschau menilai:

Tidak ada gunanya melanjutkan sirkus konferensi iklim PBB ini ke ronde-ronde berikutnya. Hanya tinggal satu peluang yang masih ada. Pencemar-pencemar terbesar di planet ini harus menjadi pionir. Mereka harus mulai, kalau perlu tanpa persyaratan, bahwa yang lain juga akan ikut. 15 negara bertanggung jawab atas sekitar 80 persen emisi karbondioksida di dunia. Mereka semua menerangkan di Kopenhagen, bahwa perlindungan iklim sangat penting. Sekarang, para politisi dari negara-negara ini harus menjalankan agenda perlindungan iklim. Dan para pemilih harus mengawasi para politisi. Kalau mereka tidak menjalankannya, mereka jangan dipilih lagi.

HP/DK/Afp/dpa