1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menikmati Alam Seraya Menjaganya

20 September 2011

Semakin banyak warga Jerman memilih liburan yang berwawasan lingkungan, dengan mengutamakan aspek konservasi alam. Ini dikenal dengan sebutan ekowisata atau ekoturisme. Di Jerman, ekowisata makin menjadi tren.

https://p.dw.com/p/12clh
.
Liburan di KroasiaFoto: DW

Berlibur – bagi orang Jerman adalah kebutuhan dalam menyegarkan kembali tubuh dan pikiran. Sebagian dari mereka memilih berlibur di hotel mewah yang letaknya jauh, berjemur di bawah sinar mentari di manca negara.

Symbolbild Urlaub, Strand, Meer
Mari menikmati alam tanpa mengganggunyaFoto: fotolia/Vangelis Thomaidis

Sebagian lagi, mempertimbangkan bagaimana melakukan wisata ramah lingkungan. Ini merupakan sebuah pertanyaan yang tidak mudah dijawab, karena apa yang disebut sebagai "wisata ramah lingkungan" tidak memiliki definisi pasti.

Martin Schmied, seorang pakar ekowisata dari Institut Ekologis di Berlin mengatakan; "Intinya, bertujuan mengharmonisasikan sektor ekonomi, sosial dan ekologis. Bagi wisata biasa, hal ini tak dianggap penting." Menurutnya, problematis, bila tidak ada penyeragaman kriteria atas konsep "ekowisata".

Kini setiap agen wisata menyelenggarakan rencana perjalanan ekowisata sesuai ketentuan atau pemahamannya sendiri. Bagi Abdul Azez El Mekhfi misalnya, terdapat tiga kriteria utama dalam membuat rencana perjalanan wisata lingkungan, "Pertama-tama: wisatawan harus mendapat pengalaman hidup di alam dan tak boleh mengganggu lingkungan. Kedua, turis harus mendapat pengalaman hidup dengan budaya lokal dan hidup seperti mereka. Ketiga, perjalanan didasari semangat solidaritas dan berkontribusi pada pembangunan lokal di wilayah yang dikunjungi."

Abenteuer-Öko-Tourismus auf dem La Vieja-Fluss – Kolumbien
Sungai La Vieja di KolumbiaFoto: CC/bloodless

Awal tahun 2011, agen wisata Abdul Azez El Mekhfi memperoleh ide mengadakan wisata ramah lingkungan ke Marokko. Para wisatawan diinapkan di wisma dan penginapan-penginapan kecil. Mereka diajak melakukan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh penduduk lokal. Di luar itu, para turis diperbolehkan tinggal di suatu wilayah dan hanya boleh memanfaatkan kendaraan yang tersedia di wilayah tersebut, "Kami mencoba menggunakan kendaraan tradisional seperti keledai, onta maupun kuda, sebagai sarana transportasi."

Baik keledai maupun kuda memang tergolong sebagai kendaraan yang ramah lingkungan dan hanya menimbulkan dampak kecil bagi perusakan lingkungan. Namun sebelum turis mencapai kawasan tersebut, bukankah mereka mau tak mau harus naik pesawat? Yang jelas-jelas, tentu saja tidak ramah lingkungan. Oleh sebab itu agen wisata seperti Abdul Azeze El Mekhfi menawarkan kepada pelanggannya, untuk membayar secara sukarela biaya kompensasi atas dampak karbondioksida.

Öko Tourismus im Regenwald von Laos
Hutan tropis di LaosFoto: picture-alliance/ dpa

Selain itu, masih ada alternatif lain, ujar pakar ekowisata Martin Schmied, "Agen wisata Atmosfair memberikan kompensasi yang baik. Jika anda berwisata ke Karibia Anda diminta membayar di atas 100 euro dan tentu saja harus mampu membayarnya."

Di situs internetnya, Atmosfair memberi keterangan berapa jumlah emisi yang terbuang lewat penerbangan yang dilakukan. Juga dijelaskan berapa biayanya , emisi ini bila dikompensasikan dengan ongkos proyek-proyek yang membantu perlindungan alam. Pembayaran biaya kompensasi ini kemudian ditambahkan ke biaya liburannya itu sendiri. Oleh sebab itu, maka tak mengherankan apabila biaya ekowisata lebih mahal ketimbang jenis-jenis liburan pada umumnya.

Pakar ekowisata Martin Schmied mengemukakan sebuah kajian yang menujukkan bahwa 30 persen wisatawan Jerman responsif terhadap tema itu. Saat ini ekowisata hanya mencapai dua persen dari keseluruhan sektor pariwisata. Jumlahnya akan terus bertambah, demikian Schmied meyakini. Terutama dari wisatawan yang sanggup membayar dengan harga mahal, "Oleh sebab itu, semakin banyak agen wisata yang menawarkan liburan ramah lingkungan. Karena mereka ingin meraih banyak wisatawan."

Ökotourismus
Pakar Eko Wisata Martin SchmiedFoto: Öko-Institut e.V

Schmied mengingatkan agar para turis pun hati-hati dalam memilih agen wisata. Dia membedakan kategori agen pariwisata : Pertama, agen wisata yang memaksimalkan keuntungan, mereka menggunakan ekowisata hanya sebagai strategi untuk mengeruk pelanggan. Kedua, agen wisata yang betul-betul meyakinkan, terselenggaranya pengembangan lingkungan berkelanjutan. Seperti misalnya, yang ditawarkan oleh Abdul Azez El Mekhfi. Lewat proyeknya, ia ingin berkontribusi dalam membangun lingkungan di kampung halamannya di Marokko. Seiring dengan itu, ia pun juga ingin agar warga lokal dapat mengambil manfaat dari sektor pariwisata.

Amine Bendrif / Purwaningsih

Editor : Pasuhuk