1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

180112 Uganda All

23 Januari 2012

Nigeria, Afrika Selatan dan Kenya memiliki Badan Antariksa. Di Uganda, seorang pemuda bekerja merealisasi impian menjadi antariksawan pertama negaranya.

https://p.dw.com/p/13oBe
Chris NsambaFoto: Simone Schlindwein

Astronot Afrika pertama berasal dari Afrika Selatan. Ia berangkat dengan Sojus tahun 2002 ke luar angkasa. Impian "luar angkasa" juga dimiliki seorang pemuda Uganda. Bersama dengan sekelompok teman, pehobi antariksawan ini tengah menyiapkan misi pertama, yang tahun ini diharapkan akan meninggalkan ruang angkasa bumi.

Selusin lelaki sibuk mengamplas permukaan sebuah pesawat, sebelum mengecatnya. Mereka berada di pekarangan belakang sebuah rumah bata kecil di ibukota Uganda, Kampala.

Ugandas Raumfahrtprogramm Raumschiff im Hinterhof
Diteduhi pohon manggaFoto: Simone Schlindwein

Rentang sayap pesawat itu sekitar 10 meter. Tapi fokus para lelaki ini bukan sekedar pesawat udara, mereka ingin menyiapkan pesawat yang bisa terbang pada lapisan stratosfir dan di sana mengukur meteorit, yang berjatuhan ke lapisan atmosfir bumi.

Antariksawan Uganda Pertama

Chris Nsamba, pemimpin proyek ini menyebutnya sebagai cikal bakal program antariksa Uganda,

"Yang anda lihat ini cikal bakal pesawat jelajah ruang angkasa. Mai lalu, kami telah menguji coba prototipnya. Dengannya saya terbang hingga ke tepian atmosfir. Ujicoba itu membuktikan bahwa teknologinya berfungsi. Pesawat ini akan bisa membawa kita pada ketinggian 45 ribu kaki“.

Itu kira-kira 14 kilometer. Tahun ini juga, Nsamba ingin melakukan serangkaian percobaan.

Ugandas Raumfahrtprogramm Raumschiff
Awal Program AntariksaFoto: Simone Schlindwein

Ia juga berencana memproduksi pesawat lain, yang nantinya menerobos ke luar angkasa. Untuk merealisasinya dibutuhkan sekitar dalam empat atau lima tahun. Kemudiam, ia akan menjadi warga Uganda pertama yang meluncur masuk antariksa. In adalah impiannya sejak masa kanak-kanak.

Cerita Nsamba yang berusia 26 tahun, "Saya belajar tehnik penerbangan di Texas. Ketika itu saya sudah bereksperimen dengan pesawat terbang dan pesawat layang. Sejak berusia 13 tahun, secara amatiran saya sudah merakit roket yang pertama. Di masa remaja, saya dibimbing oleh orang yang pernah bekerja di NASA dan ia mengajarkan banyak hal. Saat kuliah saya memulai proyek untuk memproduksi pesawat terbang dan men-tesnya sendiri. Itu tahun 2003. Ketika itu saya kira, saya tidak akan lagi mengujicoba sebuah pesawat terbang. Tapi delapan tahun berlalu dan saya melakukannya lagi.“

Menginspirasi Banyak Orang

Nsamba ingin agar pesawatnya bisa meluncur tahun ini. Namun hingga itu tercapai, masih banyak tantangan yang harus diatasi. Agregat mesin dan Avionik, semua peringkat elektronik telah ia pesan dari Amerika Serikat. Barangnya belum diterima.

Nsamba kuatir bahwa kantor pabean akan mempermasalahkannya. Karena peralatan seperti itu belum pernah diimpor ke Uganda. Ia juga masih harus mendapatkan ijin penerbangan di ruang angkasa Afrika Timur dan mencari helikopter untuk membawa pesawatnya dari pekarangan rumah ke lapangan terbang.

Meski begitu, Nsamba telah berhasil menarik perhatian Presiden Yoweri Museveni. Presiden Uganda itu telah menelponnya secara langsung dan menjanjikan dana. Hingga kini Nsamba mendanai proyek ini melalui sumbangan dan biaya keanggotaan di Lembaga Antariksa yang ia bentuk.

Ugandas Raumfahrtprogramm Chris Nsambas Mutter und das Raumschiff
Mendukung upaya sang putraFoto: Simone Schlindwein

Salah seorang pendukungnya bernama Nixon Lugenke, yang bersama Nsamba mengamplas badan pesawat itu.

Cerita Lugenke, "… para inisiator proyek ini menarik bagi saya. Mereka pilot dan insinyur. Saya lalu berpikir bahwa ini bisa menjadi landasan karir saya, karena sejak kecil saya terpesona dengan dunia antariksa. Lembaga Antariksa ini bisa menjadi warisan yang berharga bagi generasi mendatang Uganda. Meskipun banyak orang yang menyebut kami gila, sepulang kerja saya datang kesini. Saya ingin menjadi astronot, dan di sini saya belajar dasar-dasarnya“

Lembaga Antariksa yang didirikan Nsamba sudah memiliki lebih dari 600 anggota. Jumlah itu setiap hari bertambah. Kini proyeknya mendapat sumbangan dari orang-orang di belahan dunia lain. Kapan Chris Nsamba akan meninggalkan atmosfir bumi, hanya masalah waktu.

Simone Schlindwein/Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra pasuhuk