1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengajar Bahasa Jerman di Luar Negeri

18 Oktober 2011

Masalah motivasi, teknis atau budaya. Itu secuplik pengalaman tenaga pengajar bahasa Jerman di luar negeri. Pengalaman lain juga banyak.

https://p.dw.com/p/12toR
Foto: Norma Wucherpfennig

Menjadi guru bahasa Jerman di luar negeri adalah pengalaman menarik bagi banyak orang Jerman. Karena di negara asing, mereka harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya sekitarnya. Mereka punya banyak pengalaman unik dengan murid-muridnya, yang datang dari berbagai kalangan.

Baru-baru ini di Bonn, digelar pertemuan pengajar bahasa Jerman di luar negeri. Pertemuan ini diprakarsai oleh Lembaga Pertukaran Akademis Jerman DAAD.

DAAD Octavio Segovia
Foto: Octavio Segovia

Suasana cukup ribut di ruang konferensi di kota Bonn. Banyak orang datang dengan tersenyum dan saling menyapa hangat. Kelihatannya, banyak dari mereka yang lama tidak jumpa atau berpisah cukup lama. Sekitar 50 guru-guru bahasa Jerman yang mengajar di berbagai belahan dunia di ruangan itu.

Sekretaris Jendral DAAD, Dorothea Rüland menyambut mereka. Ia juga pernah menjadi guru bahasa Jerman di Inggris dan di Thailand. DAAD sekarang membukukan pengalaman dan cerita-cerita guru-guru itu dalam sebuah buku kecil.

Juga Marc Stein sudah punya banyak pengalaman mengajar di luar negeri. 14 tahun dia mengajar bahasa Jerman di Korea Selatan. Dia mengajar di salah satu universitas terkemuka di Seoul. Di Korea, bahasa Jerman tidak terlalu populer dan menjadi semacam jurusan eksotis.

Universitas di Seoul cukup terkenal, jadi orang ingin mendapat ijazah dari universitas ini. Menurut Stein, jurusan yang diambil dianggap tidak terlalu penting, "Dalam mencari kerja, memang penting di universitas mana orang pernah belajar. Lebih baik di universitas yang punya ranking tinggi. Jadi mahasiswa berpikir pragmatis. Mereka lebih baik belajar Germanistik di Seoul, daripada belajar ekonomi di universitas yang punya ranking rendah. Sebab ranking universitas ini penting untuk peluang kerja mereka nanti.“

Ortslektorentreffen des DAAD
Renate Ahrens dengan para muridFoto: Renate Ahrens

Di universitas yang memiliki ranking tinggi, kelas jurusan bahasa Jerman biasanya tidak terlalu penuh. Jadi mahasiswa yang mendaftar di jurusan ini punya peluang lebih besar untuk diterima. Sayangnya terkadang motivasi belajarnya tidak terlalu tinggi. Sebab mereka sebenarnya masuk jurusan bahasa Jerman hanya sebagai batu loncatan. Marc Stein selalu harus memberi motivasi pada mahasiswanya untuk belajar.

Lain di Korea, lain di Brasil. Banyak orang yang memang ingin serius belajar bahasa Jerman. Banyak perusahaan Jerman yang aktif di Brasil. Jadi mahasiswa belajar bahasa Jerman untuk bisa kerja di perusahaan Jerman. Norma Wucherpfennig bekerja di Brasil sejak tahun 2001. Masalah yang dia hadapi adalah perbedaan budaya dan gaya hidup.

Ia bercerita, "Saya senang berironi sementara di Brasil tidak ada kebiasaan ironi. Jadi dalam banyak situasi, saya salah bersikap. Saya lalu berpikir, seharusnya saya sudah mengetahui situasi ini.“

Sitz des Deutschen Akademischen Austausch Dienstes DAAD in Bonn
Kantor DAAD di BonnFoto: picture alliance/dpa

Sementara Renate Ahrens punya pengalaman lain. Dia sudah mengajar 35 tahun di Simbabwe. Pelajar bahasa Jerman di sana punya motivasi tinggi, tapi mereka mengalami banyak masalah teknis. Tuturnya, "Para mahasiswa tidak selalu bisa menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Sebab tidak selalu ada listrik. Malam hari, listrik padam. Jadi esoknya mereka bilang, mereka tidak membuat pekerjaan rumah, saya harus bisa menerimanya.“

Pertemuan tahunan para pengajar Bahasa Jerman di luar negeri yang berlangsung di kota Bonn ini adalah ajang penting untuk bertemu lagi dan saling bertukar pengalaman.

André Leslie / Rara Balasong

Editor: Edith Koesoemawiria