1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Mengabdi sampai nafas terakhir"

14 November 2013

FC Bayern sejatinya ingin mengumumkan rekor pendapatan. Tapi sosok Uli Hoeness yang tengah menghadapi sidang kasus dugaan penggelapan pajak, mengubahnya menjadi forum dukungan.

https://p.dw.com/p/1AHXZ
Foto: Reuters

Di bawah naungan kubah raksasa stadion basket Bayern München itulah Uli Hoeness mengikrarkan kesetiaannya. Sang presiden belakangan berada dalam tekanan menyusul proses pengadilan seputar dugaan penggelapan pajak. Hari itu Karl-Heinz Rumenigge dan Karl Hoepfner menyediakan panggung buat Hoeness, dan ia menggunakannya dengan cerdik.

Sejak pertama kali berjejak di Audi Dome, pria berbadan tambun itu sudah mendapat sambutan hangat dari 3573 anggota yang hadir. Ia sibuk memberikan salaman atau tandatangan sembari tersenyum ke arah kamera. "Uli saat ini mengalami waktu yang sulit. Saya sebagai teman ingin membantunya sebisa mungkin. Ia adalah jiwa FC Bayern," ujar Karl-Heinz Rumenigge.

Puncaknya terjadi ketika ribuan peserta serentak berdiri dan menyanyikan lirik yang sama, "Uli, kau adalah manusia terbaik," yang sontak membuat sang empunya acara meneteskan air mata. "Saya akan mengabdi pada klub ini sampai nafas penghabisan," tukasnya sambil menyapu matanya yang sembab.

Fase Penentuan Sidang Penggelapan Pajak

Hoeness yang berkutat dengan proses pengadilan sejak 10 Maret silam tidak mengubah gaya kampanyenya yang diawali dengan penyesalan. "Saya melakukan kesalahan besar". Disusul dengan kebanggaan pribadi seputar sumbangan sosial: "Saya menyumbangkan lima juta Euro dalam lima tahun terakhir". Ia lalu menampilkan diri sebagai korban dan diakhiri dengan serangan frontal. "Saya mengharapkan proses yang adil, jauh dari prasangka yang dibuat media."

FC Bayern München sejatinya ingin mengumumkan rekor pendapatan kotor sebesar 432,8 juta Euro. Sebuah angka yang fantastis mengingat sejarah klub. Tapi acara tersebut berubah menjadi semacam forum dukungan buat pria yang sejak dekade 70-an sudah berkostum merah tersebut.

Siang itu Hoeness yang banyak dikenal sebagai negosiator yang tangguh dengan serangan-serangan verbalnya itu kini menampilkan sisi yang lemah dan lembut. Di hadapan anggota Ia adalah personifikasi FC Bayern yang sedang rapuh dan wajib dilindungi.

Era Hoeness Belum Berakhir

Sang presiden membutuhkan sandaran yang kuat dan kepercayaan yang menipis sejak kasusnya menjadi santapan publik. Di tengah hujan kritik, FC Bayern menjadi rumah perlindungan buat Hoeness.

Ia banyak "berpikir belakangan ini, " ujarnya sebelum mengakhiri pidato. "Saya memang yakin akan dukungan anggota, tapi tidak sebanyak ini." Yang jelas, sang raja belum akan turun tahta.

Skenario terburuk buat Hoeness adalah jika ia dipisahkan dari klub yang membesarkan namanya itu. "Saya ingin memeluk kalian sema," katanya untuk kemudian pergi meninggalkan 'rakyat' yang dibuat mabuk kepayang.

rzn/vl (dpa/sid)